Pakar Sarankan Hindari Makan Bersama di Luar Rumah Cegah Penularan COVID-19

oleh -0 Dilihat
Ilustrasi tes Corona

Pacitanku.com, SURABAYA – Pakar imunisasi dewasa Universitas Airlangga, Gatot Soegiarto mengingatkan masyarakat untuk menghindari makan bersama di luar rumah guna memutus mata rantai penularan COVID-19.

“Masyarakat perlu lebih ketat lagi menjalankan protokol kesehatan seiring melonjaknya lagi kasus Covid-19 dan terdeteksinya varian-varian baru yang jadi perhatian, seperti Delta, Alpha, dan Beta,” katanya, dikutip dari laman Kominfo Jatim, Sabtu (19/6/2021).

Menurut Gatot, cara yang paling ampuh untuk menyikapi varian-varian baru virus Corona adalah dengan menggunakan dua perisai, yakni vaksinasi dan menjalankan protokol kesehatan secara ketat.

Selain itu, kata dia, menghindari makan bersama menjadi M ke-6 dari protokol kesehatan yang harus dijalankan.  Kalau protokol kesehatan sebelumnya 3M lalu 5 M, kini menjadi 6M.

“Di saat makan kan harus buka masker, padahal di sekitar mereka tidak tampak siapa sumber penularan potensial, virus yang beredar secara airborn maupun droplet di sekitar mereka juga tidak tampak. Dampaknya ya bisa memudahkan mereka tertular dari sumber penularan “tersembunyi” di sekitar mereka saat makan,” kata pria yang juga anggota Tim Advokasi Pencagahan Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini.

Terkait munculnya varian-varian baru virus Corona, Gatot menyebut pada virus apa pun, khususnya virus RNA yang tidak memiliki mekanisme proofread saat meng-copy paste kode genetiknya, mutasi adalah sesuatu yang lazim terjadi. Bisa terjadi pada saat virus bereplikasi dalam tubuh inang (dalam hal ini manusia).

“Bagaimana menyiasatinya? Cara terbaik adalah dengan menggunakan 2 perisai (double cover). Pertama menjalani vaksinasi dengan vaksin yang tersedia. Kedua menjalankan protokol kesehatan secara ketat,” jelas dia.

Disebutkan, bukan hanya virus Covid-19 yang mengalami mutasi hingga memunculkan varian Alpha (B117 – Inggris), Beta (B1351 – Afrika Selatan), Delta (B1617.2 – India), Gamma (P1 – Brasil), Epsilon (B1427/B1429 – Amerika Serikat), Zeta (P2 – Brasil), Theta (P3 – Filipina), Lota (B1526 – Amerika Serikat), Kappa (B1617.1 – India), dan Eta (B1t525 terdeteksi  di sejumlah negara).

Selain itu, Gatot mengatakan virus influenza juga mengalami berbagai mutasi. 

“Sehingga dari pengamatan epidemiologis (surveillance) bertahun-tahun akhirnya kita mengerti adanya pola transimisi virus influenza yang berkaitan dengan pola migrasi burung-burung migran dan terestrial pada musim tertentu khususnya musim gugur di negara 4 musim, dari belahan bumi Utara ke Selatan dan sebaliknya,” ujarnya.

Dari situ akhirnya diketahui bahwa setiap musim gugur dan musim dingin selalu ada varian virus influenza baru yang menyerang dan berbeda dengan varian virus tahun sebelumnya.

“Itulah sebabnya mengapa untuk perlindungan terhadap influenza diperlukan vaksin baru setiap tahun yang kandungan strain dalam vaksinnya ditentukan oleh jenis varian virus yang sedang aktif beredar,”pungkas dia.