Disperta: Petani Cemas Target Panen tak Sesuai Target

oleh -1 Dilihat
persawahan di Pacitan
Persawahan di Pacitan. (Foto: Dok. Pacitanku)
persawahan di Pacitan
persawahan di Pacitan

Pacitanku.com, PACITAN – Dalam beberapa hari terakhir, hujan masih turun di Pacitan. Namun diprediksi, mulai bulan depan, hujan akan semakin jarang turun. Hal itu membuat para petani merasa cemas. Sebab, mayoritas lahan pertanian di Pacitan sangat bergantung pada curah hujan.

Semakin jarang turun hujan, maka dimungkinkan hasil produksi pun menjadi anjlok. ‘’Sebagian besar lahan pertanian di Pacitan itu lahan kering. Para petaninya menggantungkan pengairan di lahan pertaniannya dari hujan,’’ jelas Kepala Disperta, Pamuji, kemarin.

Menurut Pamuji, ada banyak lahan pertanian yang sangat bergantung pada cuaca lantaran kondisi geografis Pacitan yang memang kering. Dari total 38 ribu hektare lahan pertanian, 13 ribu hektare, diantaranya, merupakan pertanian padi. Sedangkan 20 ribu hektare sisanya merupakan lahan pertanian kering.

Sementara, yang benar-benar merupakan lahan pertanian tadah hujan ada lima ribu hektare. ‘’Potensi lahan di Pacitan memang seperti itu kondisinya. Lebih banyak yang kering, dibandingkan lahan yang basah,’’ungkapnya.




Masalahnya, dari 38 ribu hektare lahan pertanian di Pacitan, hanya ada delapan ribu hektare yang sudah teririgasi. Alhasil, produksi para petani pun sangat dipengaruhi cuaca. Padahal, mulai April hingga September nanti, para petani bergantian memasuki masa panen.

Menurut Pamuji, jika cuaca mulai April hingga September nanti kering kerontang, ditakutkan target produksi para petani tidak tercapai. ‘’Yang wilayahnya sering diguyur hujan, dalam setahun mereka bisa panen sampai dua kali. Berbeda dengan lahan kering atau yang berupa lahan tadah hujan,’’ katanya.

Dengan kondisi seperti itu, dalam satu tahun, Pacitan ternyata dipatok target 54 ribu hektare lahan pertanian. Untuk mencukupi sisa kekurangan target tersebut, menurut Pamuji, tidak ada cara lain selain hanya dengan berspekulasi terhadap cuaca.

Pamuji menyebut, pertanian merupakan bisnis yang penuh resiko. Sekian persennya diluar kendali para petani. Menurutnya, yang bisa dikendalikan oleh para petani adalah bibit pertaniannya saja. Selebihnya, diluar kuasa mereka.

‘’Terlebih dengan berkaca pada kondisi lahan di Pacitan yang memang kering. Tidak ada yang bisa diperbuat jika itu diluar kendali manusia. Oleh karena itulah, edukasi terus menerus penting dilakukan agar dalam jangka panjang nanti, para petani bisa menyiasati hambatan-hambatan tersebut,’’ terang Pamuji. (naz/rif)

Sumber: Radar Madiun