Wana Wisata yang Alirkan Pundi Uang ke Pemda dan Perhutani

oleh -0 Dilihat
Priyo Dharmawan melihat keindahan Goa Gong. (Sumber Foto: Facebook Priyo Dharmawan)
Priyo Dharmawan melihat keindahan Goa Gong. (Sumber Foto: Facebook Priyo Dharmawan)
Priyo Dharmawan melihat keindahan Goa Gong. (Sumber Foto: Facebook Priyo Dharmawan)
Priyo Dharmawan melihat keindahan Goa Gong. (Sumber Foto: Facebook Priyo Dharmawan)

Pacitanku.com, SURABAYA – Dengan penggarapan wisata, pundi-pundi rupiah terus mengalir ke Perhutani. Di Jawa Timur misalnya. Pengelolaan wisata hutan kelas besar ditangani oleh Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Wisata dan Jasa Lingkungan Jawa Timur Divisi Wisata dan Agribisnis. Sedangkan obyek wisata lain diserahkan langsung kepada Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH).

Dari 13 obyek wisata Jawa Timur yang ditangani KBM saja, Perhutani mampu meraup pendapatan lebih dari 20 miliar rupiah per tahun. Terdiri dari wana wisata Kakek Bodo, Putuk Truno, Padusan, Dlundung, Air Terjun Grenjengan, Tanjung Papuma, Pulau Merah, dan lainnya.

Belum lagi obyek wisata lain yang dikelola oleh KPH. Misalnya dari KPH Malang. Pendapatan tahun 2016 lalu sebesar Rp 9,4 miliar. Ada 101 tempat wisata yang dikelola KPH Malang. Pendapatan terbesar dari Pantai Regent di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur yang tahun lalu menyumbang pendapatan kotor Rp 3,1 miliar.


Begitulah, potensi wisata hutan Jawa Timur tidak hanya menyejahterakan masyarakat. Wana wisata juga mengalirkan uang ke pemerintah daerah dan Perhutani. Yang dibutuhkan saat ini adalah pengelolaan yang sesuai dengan koridor aturan. Selebihnya adalah kreativitas.

Kreativitas itu pula yang menuntun Pemkab Pacitan untuk menyewa Goa Gong ke warganya sendiri. Jadi lokasi Goa Gong berada pada hutan rakyat, milik warga. Bukan milik Perhutani. Untuk mengelola goa yang katanya terindah di Asia Tenggara itu, Pemkab Pacitan menyewa sebesar ratusan juta rupiah kepada warga, bernama Pairin.

“Kami berani menyewa. Karena Goa Gong selalu menjadi sumber PAD terbesar dari tahun ke tahun dibanding tempat wisata lain. Istilahnya kita menyewa tidak rugi karena banyaknya pengunjung tiap tahunnya,” kata Budi Hartoko, Kabid Promosi Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Pemkab Pacitan.

Memang butuh modal, butuh investasi, agar obyek wisata dikenal masyarakat, juga menggoda wisatawan manca negara. Jalan-jalan dibangun, dirawat. Obyek wisata penunjang dididirikan, jangan sampai obyek wisata tanpa dilengkapi oleh MCK (mandi, cuci, kakus) yang bersih. Wahana permainan dipercantik, agar anak-anak betah di lokasi wisata.

Selanjutnya promosi. Tanpa itu semua, obyek wisata yang cantik bakal tetap kesepian di antara pohon dan semak belukar di tengah hutan.

Sumber: Berita Jatim