Libur Tahun Baru, Rendra SMKN 3 Pacitan Nyambi Jadi Anggota ‘Penyelamat’ Pantai

oleh -0 Dilihat
Lifeguard Rendra saat beraksi di Teleng Ria. (Foto: Radar Madiun)
Lifeguard Rendra saat beraksi di Teleng Ria. (Foto: Radar Madiun)

Pacitanku.com, PACITAN – Liburan sekolah dimanfaatkan sejumlah anak-anak di Pacitan untuk mengais rezeki. Beragam jenis pekerjaan mereka geluti demi membantu perekonomian keluarga. Tak jarang pekerjaan yang mereka lakoni menyerempet bahaya.

Rendra Maheswara, 16, misalnya. Saat liburan sekolah seperti ini, diisi oleh pelajar kelas X SMKN 3 Pacitan itu dengan menjadi seorang lifeguard di Pantai Teleng Ria. Menurutnya, pekerjaan sebagai anggota penyelamat korban tenggelam di pantai tersebut sangat mulia. ‘’Suka kerja seperti ini, soalnya menyenangkan. Apalagi, saya memang sejak dulu hobi surfing. Jadi, ada gunanya,’’ ujarnya, kemarin (31/12).




Diakuinya, pekerjaan menjadi seorang lifeguard tidak mudah. Soalnya, dibutuhkan kejelian dan keterampilan berenang. Setiap bertugas matanya tidak pernah lepas dari pandangan pesisir pantai. Dari pekerjaannya sebagai lifeguard tersebut, ia mengaku menerima upah sebesar Rp 60 ribu per hari. Pendapatan itu bisa lebih besar hingga mencapai Rp 1 juta apabila dalam dua pekan dia aktif masuk kerja. ‘’Hasil kerja sebagian saya berikan orang tua. Kalau dukanya, ya kalau hujan malam harus jaga, karena kan ini buka 24 jam,’’ ungkap pemuda kelahiran 24 September 2000 itu.

Liburan sekolah diisi dengan bekerja juga dilakoni Nurul Apriani, 16, siswi kelas XI SMKN 1 Pacitan. Nurul meluangkan waktu liburnya dengan bekerja sebagai pemecah batu di pinggir Sungai Grindulu. Dia tergolong gadis yang mandiri. Karena melakoni pekerjaan yang terbilang berat. Pekerjaan itu tak membuat dirinya minder. ‘’Kenapa harus minder, ini justru contoh mandiri,’’ kata cewek asal Desa Bolosingo, Kecamatan Pacitan itu.

Nurul melakukan pekerjaan tersebut semata-mata membantu orang tuanya. Seluruh hasil kerjanya diberikan seluruhnya ke orang tua. Dia juga bercerita at sendiri peralatan pemecah batu, mulai dari palu, sampai membawanya pecahan batu untuk kemudian dijual. ‘’Biasanya dapat Rp 350 ribu untuk satu truk engkel. Tapi, hasilnya saya berikan semua ke ibu,’’ tutur Nurul.

Sementara Ardi, 17, pelajar kelas XII SMKN Ngadirojo ikut membantu bekerja ayahnya sebagai nelayan. Setiap pagi, ketika kondisi ombak bagus, dia langsung bergegas menuju ke pesisir pantai dan menyalakan mesin kapal untuk bersiap berlayar.

Uang yang didapat menjadi nelayan ikan tangkap lumayan. Ardi mengaku bisa mengantongi sekitar Rp 100 ribu per hari dari upah yang diberikan ayahnya ketika ikan hasil tangkapan mereka laku terjual ke pengepul. ‘’Pemberian dari ayah untuk uang jajan,’’ kata pemuda asal Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo itu. (her/yup/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun