Baru 30 Persen Sekolah di Pacitan yang Terapkan K-13

oleh -0 Dilihat
Ilu

Ilustrai guruPacitanku.com, PACITAN -Penerapan kurikulum 2013 (K-13) di Pacitan belum menyeluruh dan terkesan ogah-ogahan. Hingga saat ini, sekolah yang menerapkan baru 30 persen. Sisanya masih jadi pekerjaan rumah bagi Dinas Pendidikan (Dindik) Pacitan yang harus kelar tahun depan.

Target tersebut tertuang dalam Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang menargetkan seluruh sekolah sudah menerapkan K-13 paling lambat tahun ajaran 2019–2020. ‘’Setiap tahun terus kami upayakan penerapan K-13 bagi sekolah-sekolah yang belum,’’ ujar Kasi Kurikulum Dindik Pacitan Eka Priadi, baru-baru ini.

Eka menjelaskan, saat ini sudah ada 11 sekolah yang melaksanakan kurikulum yang sering disebut kurtilas tersebut. Beberapa sekolah tersebut antara lain SMPN 1 Pacitan, SMPN 2 Pacitan dan SMPN Kebonagung. Sedangkan, tahun ini pihaknya mengajukan penambahan penerapan K-13 di 29 SMP lainnya. ‘’Dengan tambahan 29 di tahun ajaran baru ini jadi total ada 40 sekolah yang melaksanakan,’’ jelasnya.




Dia menambahkan penerapan K-13 di sejumlah sekolah hanya berlaku untuk siswa kelas VII. Hal ini dilakukan sebagai karena pemberlakuan pada tahun pertama sifatnya piloting. ‘’Karena sifatnya piloting apa kurangnya akan diperbaiki. Berbeda dengan sifat uji coba kalau gagal tidak akan dilanjutkan,’’ jelas Eka.

Terkait kesiapan guru dan sekolah, Eka menyebut para guru sudah mendapatkan pelatihan sebelumnya beberapa hari lalu. Selain itu, buku juga sedang disiapkan. ‘’Buku akan dikirim oleh pusat dan kekurangan akan dibelikan dari dana bantuan operasional sekolah (BOS),’’ ungkapnya.

Diakui Eka, sekolah yang menerapkan K-13 akan menghadapi banyak tantangan. Salah satunya mengubah pola pengajaran. Pada K-13, penerapan pembelajaran fokus pada pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, dan berbobot. Penilaian siswa tak hanya dari sisi akademik saja tapi keterampilan dan sikap. ‘’Ada tiga nilai yakni nilai pengetahuan, nilai keterampilan dan nilai sikap,’’ paparnya.

Masing-masing mata pelajaran, jelas Eka, nilai yang lebih tinggi bobotnya berbeda-beda. Misalnya untuk mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan lebih banyak penilaian pada nilai sikap. Sementara untuk pendidikan seni dan olahraga lebih menitikberatkan pada penilaian keterampilan.

‘’Kurikulum 2013 menjawab tantangan kondisi saat ini, salah satunya soal sikap. Sekarang anak banyak yang pintar akademik tapi secara sikap moral terkadang melakukan kegiatan yang tidak terpuji. Ini tantangan yang harus dijawab dengan kurikulum baru,’’ tegasnya. (her/yup/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun