Pacitanku.com, PACITAN – Festival Ronda Thethek (Rontek) di Kabupaten Pacitan Tahun 2014 kembali memunculkan polemik. Belum adanya kejelasan terkait acara tahunan yang difungsikan untuk mengembalikan budaya Pacitan dengan memanfaatkan momentum Ramadhan tersebut diprotes para netizen Pacitan di jejaring social Facebook.
Dari pantauan Portal Pacitanku, Selasa (8/7/2014) pagi, para netizen yang bergabung dalam dua grup Facebook di Pacitan, yakni Info Pacitan dan Suara Pacitan, ramai – ramai memprotes penyelenggaraan Fastival Rontek Pacitan yang dinilai tidak mementingkan esensi rontek itu sendiri.
Protes tersebut berawal dari posting salah satu anggota grup yang juga seniman asal Mentoro, Pacitan, Nur Ichwan yang menilai lagu wajib rontek yang diganti dengan tidak bertemakan Islami. Sontak posting dari Nur Ichwan ini mendapatkan tanggapan dari puluhan netizen lainnya yang sepakat dan mendukung tradisi Ramadhan di pacitan ini kembali sesuai esensinya.
Berikut percakapan selengkapnya yang dimulai dari posting Nur Ichwan di Pacitan berikut :
Rontek itu ronda thethek
Kothekan atau perkusi bambu jelang sahur di bulan ramadhan.
Akar sejarahnya adalah budaya tradisi GUGAH SAHUR.
Sehubungan bersamaan dengan Agustusan maka lagu perjuangan lancaran 45 ditampilkan menyusul lagu pilihan Islami
Tahun ini lagu wajibnya ditambah satu lagi menjadi lagu Pacitan Kutha Pawisata karya “si anu” yang orang birokrat itu.
pilihan Islaminya dibuang….
Hanya karena ada orang dari unsur orang birokrat nebeng popularitas
Tema Islami dibuang, propertinya diganti laut dan goa, lalu belakangan ini saking autisnya di diinfokan ganti lagi geopark..
Bukankah ini momentum Ramadhan, syukur2 biar gak ganggu ibadah
latihan sebelum puasa dan lombanya hari2 awal puasa bukan di tengah atau di malam2 terakhir.
Ini juga bukan momentum cari ikan dan manusia purba serta ultahnya Charles Darwin … maupun lomba cipta lagu
Hampir seluruh peserta dari 25 desa dan perwakilan 11 kecamatan kemrungsung
menghadapi keputusan panitia yang dianggap autis ini !
…………
Sebagai Wong Pacitan, bagimana pendapat anda?
Posting Nur Ichwan ini kemudian mendapat tanggapan dari seniman lainnya, Richo Matrais. “Awal dengar konsepnya saya seperti tidak melihat sesuatu yang impressive, terdengar kaku dan kurang memiliki cakupan yang luas, saya diam aje pak nur sembari menunggu apa yang akan terjadi, misalnya benar seperti apa yang saya bayangkan bahwa nantinya akan tercipta suatu pertunjukan yang membosankan tinggal tunggu saja sentilan cantik dari saya. . .,eh sampean wes ndisiki yo wes lah. . ., geo area, sorry? Any ideas? Except caves? Hulala it so far so bored!,” tulis Richo dalam koementarnya.
Selain komentar dari Richo, banyak komentar lainnya yang mendukung pelaksanaan Festival Rontek ini sesuai dengan esesni Lomba Rontek yang bertujuan membangunkan orang sahur dan juga nguri – uri budaya Pacitan.
Redaktur : Dwi Purnawan (Ikuti di twitter @dwi_itudua)