Melihat potensi Sektor Pertanian Perkebunan dan hutan Pacitan

oleh -537 Dilihat

masDwi, Pacitan— Selain beberapa sektor potensial yang sudah dikaji dalam sub-bab sebelumnya, sektor pertanian, perkebunan dan hutan juga menjadi sektor penopang perekonomian masyarakat Pacitan. Kabupaten Pacitan merupakan kabupaten yang kaya akan sumber daya alam. Sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor pertanian. Hal ini terlihat dari data yang menyebutkan bahwa tahun 2010, mayoritas lapangan usaha yang prosentasenya tinggi adalah sektor pertanian (59,44%).

Dari sektor pertanian salah satu komoditas yang unggul yakni ubi kayu dengan produksi mencapai 594 ribu ton yang tersebar di Kecamatan Donorejo, Parung, dan Kebonagung. Sedangkan untuk komoditas holtikultura, Pacitan memiliki potensi pengembangan buah jeruk yang tersebar di Kecamatan Arjosari, Tegalombo, dan Nawangan

Pada Tahun 2009 produksi tanaman pertanian di Kabupaten Pacitan ada yang mengalami kenaikan ada juga yang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari 57 jenis tanaman yang ada, sebanyak 47,37% mengalami kenaikan jumlah produksi, sedangkan sisanya 52,63 persen mengalami penurunan jumlah produksi. Komoditi pertanian di Pacitan dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu tanaman pangan (Padi, Ubi kayu, Jagung, Kacang tanah), tanaman buah-buahan (Jeruk pacitan, Melinjo, Pisang), tanaman sayuran (Cabai, Petai, Kacang Panjang) dan juga tanaman Biofarma (Jahe, Temulawak, dan Kunyit). Salah satu yang menjadi keunggulan pertanian Pacitan adalah tanaman Jagung.

Kabupaten Pacitan memiliki Lahan kering cukup menjanjikan untuk budidaya tanaman jagung. Bahkan, perkembangan produksi tanaman bertongkol itu semakin menunjukkan peningkatan. Tahun ini saja (2012), produksi jagung petani Pacitan sudah mencapai 5,7 ton per hektar atau mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya sebanyak 4,9 ton per hektar.

Sedangkan untuk sektor perkebunan. Tahun 2010 jumlah produksi tanaman perkebunan fluktuaktif. Dari 20 jenis tanaman, sekitar 70% mengalami kenaikan jumlah produksi di bandingkan tahun 2009, sisanya 30% mengalami penurunan jumlah produksi dari sisi pendapatan petani perkebunan. Jumlah pendapatan petani perkebunan tahun 2010 mencapai 274.081 milyar rupiah atau mengalami kenaikan sebesar 13,88% dibandingkan tahun 2009. Bila dibandingkan dengan tahun 2009, jumlah ini mengalami peningkatan sebesar24,97%.

Salah satu yang menjadi agenda utama pembangunan sektor perkebunan, adalah pengembangan tanaman jarak hingga mencapai 4.000 hektar.Pengembangan tanaman sumber energi alternatif ini akan dilakukan diseluruh wilayah kabupaten. Saat ini luas lahan tanaman jarak baru mencapai 800 hektar, yang tersebar di enam wilayah kecamatan. Yakni Kecamatan Donorojo, Punung, Pringkuku, Kebonagung, Tulakan dan Sudimoro. Kecamatan Donorojo menjadi daerah dengan luasan lahan tanaman jarak terbenyak, mencapi sekitar 100 hektar.

Kondisi topografi Kabupaten Pacitan sebagian besar berupa pegunungan dan bukit, juga  menyimpan potensi hutan yang cukup besar dari hutannya. Dari hutan ini akan dihasilkan berbagai jenis kayu yang tidak hanya diminati oleh masyarakat sekitar tetapi juga diekspor keluar Kabupaten Pacitan. Hutan di Kabupatan Pacitan terbagi menjadi hutan produksi yang luasnya mencapai 87,89% dari luas hutan yang ada, sedangkan sisanya 12,10% adalah hutan lindung. Produksi hasil hutan Kabupaten Pacitan diantaranya kayu jati, kayu sengon laut, kayu akasia, kayu mahoni, kayu pinus, kayu sono, bamboo dab gmelina. Selama tahun 2010 produksi terbesar adalah kayu sengon laut sebesar 124.599,88 m3 dengan nilai 112.139 milyar rupiah. Disusul dengan produksi kayu jati sebesar 74.477,68 m3 dengan nilai 148.895 milyar rupiah, dan yang paling sedikit yaitu sono yang produksinya hanya 2.002 m3 dengan nilai 2.603 juta rupiah.

Kebun cengkeh, harapan ekonomi masyarakat Pacitan

Kajian perkebunan yang potensial di Pacitan selanjutnya adalah cengkeh. Pacitan mempunyai potensi perkebunan cengkeh yang sangat  melimpah, dan bahkan dibeberapa kecamatn, cengkeh menjadi tulang punggung kehidupan para warga. Tanaman cengkeh di Kabupaten Pacitan seluruhnya dikelola oleh rakyat. Data terakhir menunjukkan bahwa total luas areal cengkeh adalah 7.780 Ha yang tersebar di 12 (dua belas) kecamatan, dengan produksi sebesar 2.208 ton dan produktivitas 0,382 ton/ha. Sejak tahun 2000, produksi rata-rata cengkeh Pacitan sebanyak 1.669 ton per tahun. Dengan tingkat produktivitas itu, Pacitan menempati urutan kedua daerah penghasil cengkeh di Jawa Timur. Trenggalek, yang terletak tepat di timur Pacitan, memproduksi cengkeh rata-rata 1.978 ton/tahun sejak tahun 2.000, menjadi produsen utama di Jawa Timur. Sebanyak 4.000 ton berupa daun untuk produksi minyak cengkeh.

Sedikit membrikan gambaran, bahwa tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkeh kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkeh kering per tanaman.

Kondisi cengkeh di Kabupaten Pacitan sendiri cukup mengalami pasang surut karena fluktuasi harga cengkeh yang cukup besar. Sementara itu dari sisi teknis tanaman cengkeh mempunyai karakteristik yang khas yaitu adanya panen besar dan pada tahun berikutnya panen kecil serta ada kalanya panen raya pada periode tertentu. Pada saat panen besar atau panen raya harga cengkeh cenderung menurun yang mengakibatkan petani merugi dan kemudian mereka tidak memelihara tanamannya. Sehingga hal tersebut mengakibatkan tanaman kurang baik dan produktivitas rendah. Tingkat produktivitas itu rendah karena tidak seluruh kebun cengkeh berproduksi. Dari 7.130 hektar, hanya 5.231 hektar kebun berproduksi. Sebanyak 1.810 hektar sudah harus diremajakan karena tidak menghasilkan bunga yang bagus lagi. Sementara 100 hektar belum bisa dipanen.

Perubahan kondisi alam ikut andil memerosotkan produktivitas cengkeh Pacitan. Hasil panen akan tinggi jika di musim sebelumnya terjadi kemarau panjang. Semakin lama kemarau, semakin banyak bunga dan daun cengkeh dihasilkan. Masalahnya, saat ini kemarau tidak bisa diprediksi lagi dengan pola pembagian waktu yang dikenal petani. Dalam pengetahuan tradisional petani, kemarau biasanya berlangsung dari April hingga pertengahan September.

Untuk harga cengkeh yang belum kering benar maksimal dibeli seharga Rp 26.000/kg. Bunga cengkeh kering dijual antara Rp 27.000 dan Rp 27.800/kg. Jika hasil panen lebih dari 500 kg, petani biasanya berani menjual bunga cengkeh basah. Namun kalau kurang, petani lebih suka mengeringkan dulu. Tetapi pernah juga dulu pada waktu pemerintahan Gusdur, harga cengkeh kering di pasaran mencapai 90.000/kg. Ada juga petani yang memilih menjual bunga basah. Biasanya, mereka membutuhkan uang secepatnya. Kalau menunggu cengkeh kering, mereka paling tidak harus menunggu sepekan. Itu pun dengan syarat harus panas terik terus agar cengkeh cepat kering.

Untuk pasaran cengkeh di Pacitan, mayoritas masih dijual ke pabrik rokok, dan pemasok pabrik rokok membeli cengkeh dari tangan kedua. Para pedagang yang berhubungan dengan petani ingin meraih laba sehingga harus menekan harga pembelian. Mereka dibantu petani yang membanjiri pasar setiap panen. Untuk permintaan pasar, para petani Pacitan tidak perlu khawatir. Jika tidak laku di luar Jatim, ada sejumlah pabrik yang siap menampung cengkeh mereka di Tulungagung, Madiun, Kediri, Malang, dan Surabaya. Dengan kapasitas pasokan 75 persen dari total produksi rokok nasional, pabrik rokok Jatim membutuhkan cengkeh sangat banyak. Begitulah kondisi perkebunan cengkeh di Pacitan yang mengalami cerita yang panjang dan pasang surut perkembangan kondisi produktifitasnya.

Source : Buku Pacitan The Heaven Of Indonesia

Enhanced by Zemanta