Pacitanku.com, NGADIROJO – Menggeluti dunia wayang sedari kecil membuat sosok Bima, salah satu seniman muda di dunia pewayangan ini hingga saat ini terus mencintai dunia pewayangan.
Pemilik sanggar Bimo Wayang Official Sasi Wayang Mapan yang terletak di Dusun Bondalem, Desa Hadiwarno, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan ini telah menarik perhatian sebagai salah satu seniman muda yang menggeluti seni wayang.
Motivasi Bima untuk mendalami wayang muncul sejak kecil. Sejak sering menonton pertunjukan wayang. Selain itu, karena kakeknya sering memberinya wayang kertas, Bima kemudian tumbuh dengan kecintaan mendalam terhadap budaya ini.
Meski sempat bercita-cita menjadi dalang, Bima kemudian memilih fokus menjadi pembuat/pengrajin wayang.
Baginya, wayang memiliki keunikan tersendiri, terutama dalam kemampuan menciptakan karakter atau gunungan yang berbeda dari pakem klasik, tanpa keluar dari aturan tatahan dan sunggingan yang khas.
”Jadi kita tidak keluar dari pakem, cuma mengembangkan biar lebih menarik,”kata Bima kepada awak media, baru-baru ini.
Bima mengaku terinspirasi dari dalang favoritnya, Almarhum Ki Enthus Susmono. Tak heran, karya-karyanya seringkali mencerminkan gaya sang dalang ternama dari Kabupaten Tegal, Jawa Tengah itu.
Selain itu, dia juga aktif dalam perhelatan dunia wayang, seperti event Hari Wayang Sedunia di Solo sejak 2015, serta pameran di kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
Wayang buatan Bima banyak diminati oleh dalang kondang, baik lokal maupun non lokal Pacitan, dalang Bima dari Banyumas.
Ia juga mendapat apresiasi dalam bentuk piagam penghargaan, antara lain dari tokoh politik Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), Sanggar Wayang Gogon Solo dan masih banyak lagi.
Sanggar Bimo Wayang juga diundang untuk mengisi seminar P5 “Wayang Masuk Sekolah” di SDN 2 Baleharjo, di mana siswa diajarkan mewarnai wayang sebagai bagian dari proyek kelas seni kriya.
Dengan kecintaan dan inovasinya, Bima berusaha melestarikan dan menghidupkan kembali seni wayang di kalangan muda, memperkaya budaya lokal tanpa melupakan pakem klasik yang menjadi ruh wayang itu sendiri.