Desa Nglaran Pacitan Terapkan Physical Distancing dengan Kearifan Lokal

oleh -0 Dilihat
Pos COVID-19 Desa Nglaran Tulakan. (Foto: Julian Tondo/Pacitanku.com)

Pacitanku.com, TULAKAN – Usaha untuk memutus mata rantai penyebaran coronavirus disease 2019 (COVID -19), terus dilakukan oleh beberapa pihak. Seperti yang dilakukan di Desa Nglaran, Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan.

Tanpa berpikir lama lama, kepala desa dan perangkatnya secara mandiri membuat protokol kesehatan penerapan physical distancing di wilayahnya dengan kearifan lokal. Azas gotong royong di desa dihidupkan dalam rangka penanganan COVID-19.

“Saya, perangkat desa dan masyarakat sepakat untuk bersama menerapkan pembatasan sosial secara gotong royong.saya minta bantuan kepala SMPN Nglaran untuk membuka ruang kelasnya dan dijadikan ruang isolasi,”kata Kades Nglaran, Triyono, Sabtu (2/5/2020).

Triyono mengatakan, pembukaan ruang kelas tersebut difungiskan untuk menampung pendatang dari luar Desa Nglaran.

“Perantau asal Desa Nglaran yang pulang, bagaimanapun dia adalah saudara kita. Ya kalau sudah terlanjur datang ya diterima. Tapi harus masuk ruang isolasi selama 14 hari. Yaitu di SMPN Nglaran,”imbuhnya.

Tidak hanya sekedar menampung para pemudik yang datang, tapi kebutuhan makan selama 14 hari kedepan juga disubsidi secara bergantian oleh masyrakat.

“Untuk makan, kami masyrakat sepakat untuk gotong royong memberikan selama karantina. Dan penerapan penjagaan dilokasi karantina kami berlakukan sistem shift. Pokoknya semua kebutuhan isolasi kami sediakan secara gotong royong tanpa gunakan dana dari desa. Karena saat ini pun refoccusing dana desa juga belum jelas teknis lapangnya,”jelasnya.

Selain pengadaan ruang isolasi mandiri, warga setempat juga menerapkan sistem buka tutup jalur. Setiap kendaraan yang melintas wajib lapor dan disterilkan. Tidak terkecuali bagi warga desa sendiri.

Sampai saat ini warga  perantau asal Desa Nglaran yang di karantina ada sekitar 5 orang. Mereka warga yang merantau dari Kota Surakarta, Jawa Tengah dan DKI Jakarta.

Kontributor: Julian Tondo
Editor: Dwi Purnawan