Festival Ronthek Pacitan dari Masa ke masa

oleh -5 Dilihat
Aksi penari Festival Rontek Pacitan 2015. (Foto: Arif/Doc Info Pacitan)
Aksi penari Festival Rontek Pacitan 2015. (Foto: Arif/Doc Info Pacitan)

FESTIVAL Ronthek yang menjadi tradisi baru seni budaya Kabupaten Pacitan akan menyuguhkan kreasi yang cukup menarik bagi warga Pacitan. Festival ini disebut menjadi agenda sekaligus tradisi baru masyarakat pacitan yang memiliki nilai seni budaya yang sangat tinggi.

Awalnya, agenda tahunan ini adalah sebuah acara sederhana yang berfungsi untuk membangunkan warga melaksanakan sahur untuk ibadah puasa Ramadhan. Namun lambat laun, ronthek yang memiliki kepanjangan ronda tethek ini berubah menjadi kreasi tarian dinamis yang indah.

Tahun 2011, festival Ronthek Gugah Nagari sampai tercatat di rekor MURI karena diikuti oleh 2.818 orang. Rontek adalah sejenis musik penggugah saat sahur di bulan puasa. Di banyak daerah lain, namanya Patrol, yaitu musik jalanan yang menggunakan instrumen kentongan bambu. Ronthek berasal dari kata “ronda thetek” yang merupakan alat musik sejenis kentongan untuk ronda atau siskamling, terbuat dari bambu yang dilubangi memanjang di bagian tengahnya.

Cara memainkannya dipukul-pukul dengan bambu juga sehingga terdengar alunan musik yang unik dan indah. Dahulu Seni Ronthek Gugah Sahur hanya dikombinasikan dengan instrumen musik tradisional seperti gong, kenong, suling, dan saron. Namun, saat ini dikombinasikan juga dengan instrumen musik modern seperti saxophone dan bass drum. Tradisi ini mengutamakan kekompakan dan keserasian pemain alat musik, penari, dan pesinden.

Konsep dari kegiatan ini adalah perlombaan Ronthek yang diikuti oleh perwakilan desa/kelurahan se-Kecamatan Kota Pacitan dan perwakilan Kecamatan se-Kabupaten Pacitan. Karena banyaknya kontestan yang berpartisipasi dalam kegiatan ini, maka tidak jarang kegiatan ini berlangsung selama berhari-hari.



SERU. Penyelenggaraan Festival Rontek IX Pacitan 2016 berlangsung meriah. (Foto: Doc Info Pacitan)

Yang menarik, dalam hajatan ini bukan sekadar adu kreasi memainkan instrumen musik saja melainkan menjadi karnaval malam hari yang disemarakkan dengan tarian dan berbagai penampilan untuk menarik perhatian. Karnaval ronthek ini sangat meriah. Karena, selain para pemain ronthek yang berdandan layaknya pawai 17 Agustusan, setiap kelompok juga mendekorasi kendaraan menjadi aneka macam bentuk yang kreatif.

Meski belum berskala internasional seperti halnya Jember Fashion Carnaval (JFC), namun rontek menjadi event budaya lokal yang menarik untuk di tunggu.

Festival Ronthek adalah satu khazanah seni budaya yang cukup menjadi hiburan yang menarik bagi masyarakat Pacitan, yang mulai digelar saat tahun 2011 atau saat tahun pertama Bupati Indartato menjabat. Biasanya, Festival Ronthek Pacitan digelar saat Ramadhan dan digelar malam hari. Saat festival dimulai, ini menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat Pacitan, karena pada saat itu, ribuan masyarakat Pacitan tumplek bleg menjadi satu di jalur protokol Pacitan.

SERU. Penyelenggaraan Festival Rontek IX Pacitan 2016 berlangsung meriah. (Foto: Doc Info Pacitan)

Selain agenda inti adalah ronthek, biasanya para penari menampilkan busana unik khas Pacitan yang dipadukan dengan tarian menarik, seni musik dengan irama yang bagus, serta tidak ketinggalan properti yang digunakan menambah menarik acara tahunan yang diprakarsai oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) ini. Properti yang digunakan tersebut diantaranya adalah mobil yang dihias sedemikian rupa, kemudian kostum yang hampir sama dengan agenda budaya di berbagai kota besar di tanah air.

Pertama kali, Festival Ronthek digelar Tahun 2011 tepatnya 18-19 Agustus 2011. Saat itu belum berbentuk festival, melainkan adalah lomba, dimana pada  pertama ini dimenangkan oleh Ronthek dari Desa Sedayu Kecamatan Arjosari.  Pada tahun kedua, lomba Ronthek kembali diadakan di Bulan Agustus 2012. Kali ini ganti Desa Bangunsari Kecamatan Pacitan yang keluar sebagai pemenangnya.

Kemudian, pada tahun 2013 kembali diadakan Lomba Ronthek, kali ini penyelenggaraannya di bulan September 2013, dengan Desa Tanjungsari sebagai pemenangnya.

Tahun 2014 lomba ronthek diselenggarakan pada bulan Juli dengan perubahan ke arah Festival, sehingga juaranya diambil dari beberapa kategori yaitu penyaji terbaik, penata musik terbaik dan pelestari budaya. Untuk hasilnya, lima penyaji terbaik adalah Desa Tanjungsari, Kecamatan Arjosari, Kelurahan Pucangsewu, Desa bangunsari dan Kelurahan Pacitan. Sedangkan tiga penata musik terbaik diraih oleh Kelurahan Baleharjo, Kecamatan Arjosari dan Kecamatan kebonagung. Untuk kategori pelestari budaya diraih oleh Desa Mentoro.




Pada tahun 2015, Ronthek Pacitan digelar pada 21-23 Agustus dalam rangka peringatan HUT ke 70 RI, untuk kategori lima penyaji terbaik, ada lima grup Rontek, yakni Desa Arjowinangun, Kelurahan Pucangsewu, Desa Menadi, Kecamatan Pringkuku dan Kecamatan Ngadirojo. Sementara, untuk tiga penata musik terbaik jatuh ke tangan Desa Tanjungsari, Kecamatan Arjosari dan Kelurahan Pacitan. Sementara untuk kategori pelestari budaya jatuh ke tangan tim rontek Kecamatan Tegalombo.

Pada tahun lalu, Festival Ronthek Pacitan digelar pada 21-22 Agustus dengan hasil sebagai penyaji terbaik adalah tim dari kelurahan Pacitan. Kemudian tiga penata musik terbaik non ranking diraih Kelurahan Pacitan, Kecamatan Punung dan Kecamatan Kebonagung.

Dalam event tahun lalu itu, juga diperoleh tiga penata tari terbaik non ranking yang diraih Kelurahan pucangsewu, Kelurahan Sidoharjo dan Kelurahan ploso. Penghargaan lain adalah tiga penata properti/artistik terbaik non ranking yang diperoleh Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Pringkuku dan Kelurahan Baleharjo.

Beberapa grup ronthek yang saat ini eksis diantaranya adalah Song Meri, Deling Sakti, Setroketipo, Sanggar Pradnya. Selain tampil di Pacitan, beberapa grup rontek Pacitan juga mulai unjuk gigi di luar Pacitan, seperti di DI Yogyakarta dan Kabupaten Magelang.

Tak bisa dipungkiri, tak hanya menghibur masyarakat, pelan-pelan Festival Ronthek menjadi ciri khas wisata budaya di Pacitan yang sekaligus menambah kekayaan seni budaya Pacitan. Dan tentu sangat menarik untuk kita saksikan pagelaran tahun ini yang mengusung tagline Ronthek Carnival 2017, siapakah yang menjadi tim terbaik dan tentu bagaimana dampaknya terhadap kemajuan seni budaya dan pariwisata di Pacitan. Mari kita tunggu.