Ngeri, 7 Warga Pacitan Terdampak Penyakit Leptospirosis, 5 Meninggal

oleh -0 Dilihat
Pelayanan di RSUD Pacitan. (Foto : SKPD Pacitan)
Pelayanan di RSUD Pacitan. (Foto : SKPD Pacitan)
Pelayanan di RSUD Pacitan. (Foto : SKPD Pacitan)
Pelayanan di RSUD Pacitan. (Foto : SKPD Pacitan)

Pacitanku.com, PACITAN– Leptospirosis mengintai warga Pacitan. Berdasar data dari RSUD dr. Darsono, Januari 2017, ada lima penderita yang dirawat di rumah sakit tersebut lantaran terjangkit. Jumlahnya kini bertambah menjadi tujuh.

Tiga penderita, di antaranya, harus meregang nyawa akibat penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira tersebut. Total jika ditambah dengan tahun lalu, jumlah penderita yang meninggal dunia menjadi lima orang.

‘’Kasus penyakit leptospirosis ini memang tidak bisa disepelekan. Sejak Desember, selalu ada temuan sampai Februari,’’ ujar Direktur RSUD dr. Darsono, dr. Iman Darmawan, M.Kes, dilansir dari Radar Madiun, Rabu (22/2/2017).

Iman menilai, perkembangan penyakit lepotospirosis mulai mengkhawatirkan. Sebab, penyakit tersebut awalnya belum pernah terdeteksi ada di Pacitan. Begitu ditemukan pertama kali, Desember lalu, jumlah penderita leptospirosis di Pacitan terus menunjukkan adanya peningkatan hingga bulan ini.

Sebaran wilayahnya paling banyak ada di kecamatan kota, serta sejumlah kecamatan berbukit seperti Ngadirojo, Tulakan, Kebonagung, dan Punung. Ditakutkan, jumlahnya bakal bisa terus bertambah lantaran musim hujan belum berakhir. ‘’Penyakit ini memang identik dengan musim hujan. Karena salah satu media penularan kepada manusia bisa melalui genangan,’’ terangnya.

Dokter spesialis penyakit dalam RSUD dr. Darsono, dr. Joko Priyanto, M.Sc, SpPD., menuturkan, leptospirosis merupakan penyakit yang berasal dari bakteri leptospira. Bakteri tersebut hidup dalam tubuh hewan perantara, seperti tikus hingga kuda atau babi, dan dikeluarkan melalui urine.

Nah, urine tersebut yang kemudian rawan menjadi media penularan kepada manusia. Biasanya, urin itu terbawa oleh genangan air atau mengendap di tanah. ‘’Oleh karena itu, para penderita sejauh ini punya riwayat kontak dengan tempat-tempat yang agak kotor. Atau, yang dimungkinkan menjadi tempat hidup tikus,’’ jelasnya.




Baca juga: Kenali dan Waspadai Penyakit Leptospirosis yang Mematikan

Leptospirosis wajib dikenali dengan baik oleh masyarakat. Pasalnya, gejalanya tidak jauh berbeda dengan penyakit lain seperti demam berdarah. Jika sudah demam melebihi tujuh hari, wajib diwaspadai. Biasanya demam dilanjutkan dengan munculnya gejala bintik kuning pada kulit.

Namun setelah itu, kondisi penderita biasanya tampak berangsur membaik. Padahal, kondisi itu merupakan tanda bahwa penderita bisa masuk ke fase kedua, yang notabene fatal. ‘’Pada fase kedua, infeksi penyakit bisa menjalar ke organ vital. Penderita bisa mengalami gagal ginjal sampai radang selaput otak (meningitis),’’ terangnya.

Berkaca dari riwayat kontak para penderita sebelumnya, Joko mengimbau masyarakat untuk lebih waspada. Minimal, mereka yang bekerja di tempat-tempat kotor wajib melindungi diri. Minimal, melindungi kaki lantaran bakteri leptospira menular masuk ke dalam tubuh manusia melalui kulit. Langkah lainnya, masyarakat wajib membersihkan tempat tinggal masing-masing. ‘’Agar menimalisasi tempat hidup hewan-hewan pembawa bakteri tersebut,’’ ujarnya.