15 Rumah di Purworejo Pacitan Terdampak Bencana Tanah Gerak

oleh -1 Dilihat
Ilustrasi Rekahan Tanah di Pacitan. (Foto : Tribun)
Ilustrasi Rekahan Tanah di Pacitan. (Foto : Tribun)

Pacitanku.com, PACITAN – Sebanyak 15 rumah warga di bawah lereng di Desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Pacitan rusak akibat tanah gerak. Dari 15 rumah yang rusak ada lima rumah yang rusak berat.

Menurut Keterangan Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan, Pujono pada Rabu (25/1/2017) di Pacitan mengatakan tanah gerak di Desa Purworejo sudah terjadi sejak awal Januari 2017.

“Namun kondisinya semakin parah akibat intensitas hujan yang cukup tinggi selama dua pekan ini, pertama ada sekitar 6 rumah. Dengan adanya intensitas hujan tinggi akhirnya bertambah menjadi 15 rumah yang terdampak,” jelasnya.

Dari 15 rumah yang terdampak, lima di antaranya mengalami rusak berat namun masih bisa ditempati dan satu rumahbrusak berat dan tidak dapat ditempati.

Saat ini, kata Pujono, retakan tanah akibat tanah gerak paling lebar mencapai sekitar sepuluh sentimeter. Rekahan atau retakan kemungkinan akan terus bertambah apabila intensitas hujan tetap tinggi.




Ia mengimbau kepada warga yang tinggal di dua RT di bawah lereng di Desa Purworejo agar selalu waspada apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Terutama pada malam hari.

Pujono juga menambahkan, pihaknya juga meminta warga agar menutup rekahan atau retakan tanah. Sebab, dikhawatirkan rekahan tersebut menjadi pintu masuk bagi air hujan dan menyebabkan rekahan semakin besar.

“Kami meminta Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM untuk melakukan penelitan terkait dengan fenomena tanah gerak di Pacitan agar bisa melakukan antisipasi dan langkah yang harus dilakukan,”pungkasnya.

Bencana tanah gerak yang melanda Dusun Krajan, Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan Kota rupanya sudah terjadi satu tahun lamanya. Kali ini merupakan yang terparah. Semakin parah ketika memasuki bulan Desember hingga saat ini.

Pada awalnya yang pertama terdampak hanya ada tiga rumah. Yakni rumah milik Sunarto, Kateni, dan Jaswadi. Ketiga rumah tersebut belakangan menjadi rumah dengan dampak terparah. Para pemiliknya kini enggan menghuni rumah masing-masing. Sunarto dan keluarga memilih mengungsi ketika malam hari sejak awal Januari lalu. Sementara Kateni dan Jaswadi dua pekan terakhir ikut meninggalkan rumah saat malam.

Fenomena pergerakan tanah ditengarai terjadi karena intensitas hujan yang tinggi di sepanjang tahun lalu. Selain itu kontur Dusun Krajan berlokasi di daerah berbukit. Karena itu, tanah pun menjadi labil dan terus bergerak meski perlahan. Akibatnya, tanpa disadari warga, gerakan tanah pun berdampak pada rusaknya bangunan. (RAPP002)