Jadi Mahasiswa Terbaik UNS, Putri Buruh Asal Ngawi ini Ditawari Beasiswa S2 Luar Negeri

oleh -0 Dilihat
Devi Triasari. (Foto: FB Devi Triasari)
Devi Triasari. (Foto: FB Devi Triasari)
Devi Triasari. (Foto: FB Devi Triasari)
Devi Triasari. (Foto: FB Devi Triasari)

Pacitanku.com, SURAKARTA – Keterbatasan ekonomi tidak harus menjadi penghalang untuk meraih cita-cita setinggi langit. Hal inilah yang dialami peraih IPK tertinggi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Devi Triasari.

Lahir dari keluarga tidak mampu, karena ibunya hanya seorang pembantu dan ayahnya seorang buruh, mmebuat  Devi bertekad terus bersekolah agar bisa meraih cita-cita. Ia bertekad memiliki pekerjaan yang lebih baik agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

Gadis kelahiran Ngawi, 19 Desember 1991 tesebut berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,99 dalam waktu tiga tahun enam bulan.

Lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi pada 2010, Devi merasa tidak ada harapan untuk melanjutkan kuliah. Ia tahu betul, kedua orang tuanya tidak akan mampu membiayai. Karena itulah Devi memilih bekerja pada bagian adminsitrasi di sebuah perusahaan kontraktor di Magetan. Dengan cara begitu ia bisa membantu keuangan keluarga.

 “Ayah saya hanya seorang buruh dan ibu pembantu rumah tangga,” tuturnya kepada awak media, baru-baru ini.

Ia berefleksi, kalau mau memiliki pekerjaan baaik ia harus sekolah tinggi. Karena itulah ia kemudian mendaftar di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. “Saya mencoba mendaftar Beasiswa Sampoerna dan diterima. Namun akhirnya saya tidak mengambilnya dan mencoba mendaftarkan diri melalui jalur SNMPTN tahun 2011,” urainya.

Devi harus tidur di sebuah gudang saat mendaftar SNMPTN 2011 karena tidak memiliki saudara di sekitar tempat tes. Ia juga tidak memiliki uang untuk menyewa penginapan, sekalipun penginapan murah.

Berkat usaha keras itu, Devi lolos sebagai mahasiswa UNS. Ia juga memperoleh beasiswa penuh Bidikmisi. Dengan beasiswa itu, Devi tidak perlu membayar uang kuliah. Ia juga memperoleh uang saku sebesar Rp600 setiap bulan.

Kesempatan emas yang diperoleh Devi tak ia sia-siakan. Ia belajar giat, meskipun saat itu ia juga harus boolak-balik Solo-Magetan agar tetap bisa bekerja. “Semester satu saya masih bolak-balik Solo-Magetan agar tetap bisa bekerja. Namun akhirnya saya merasa berat. Akhirnya saya putuskan keluar dari pekerjaan dan mencari kerja sambilan di Solo,” kenang Devi.

“Apapun saya jalani untuk dapat memberikan bantuan uang ke orangtua karena kuliah dan living cost sudah dibiayai dari Bidikmisi. Saya menjadi guru les, penjual pulsa dan apapun yang bisa menghasilkan uang asalkan halal,” ujarnya.

Kini, buah dari kerja keras Devi terbayar dengan prestasi membanggakan dan tawaran beasiswa afirmasi S2 ke Australia. Devi lulus sebagai wisudawan terbaik UNS dengan perdiket cum laude. Tidak tanggung-tanggung, ia memperoleh Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,99. Itu sebuah pencapaian yang hanya bisa diraih oleh mahasiswa jenius.

Devi mendapat tawaran beasiswa S2 ke Australia di bidang hukum. Dua universitas bergengsi di negeri kanguru itu, Monash University dan Newcastle University, siap menerima mahasiswi dengan prestasi memukai ini. (RAPP002)