Produk IT Indonesia Laris di Pasar Global

oleh -1 Dilihat
Paviliun Indonesia di arena CeBIT Hannover Jerman, 16-20 Maret 2015. Ada 12 perusahaan Indonesia yang ikut serta dalam kegiatan pameran IT terbesar dunia tersebut.
Paviliun Indonesia di arena CeBIT Hannover Jerman, 16-20 Maret 2015. Ada 12 perusahaan Indonesia yang ikut serta dalam kegiatan pameran IT terbesar dunia tersebut.
Paviliun Indonesia di arena CeBIT Hannover Jerman, 16-20 Maret 2015. Ada 12 perusahaan Indonesia yang ikut serta dalam kegiatan pameran IT terbesar dunia tersebut.
Paviliun Indonesia di arena CeBIT Hannover Jerman, 16-20 Maret 2015. Ada 12 perusahaan Indonesia yang ikut serta dalam kegiatan pameran IT terbesar dunia tersebut.

Pacitanku.com, HELSINKI – Produk dan jasa information technology (Indonesia) mampu bersaing di pasar global. Bahkan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan produk sejenis dari Eropa.

“Produk Indonesia lebih maju dalam kreatifitas. Sebuah program aplikasi misalnya, tidak hanya terpaku pada fungsi utama produk tersebut tapi juga bisa mempunyai fitur-fitur tambahan yang mempunyai nilai lebih,” kata Latif Gau, Ketua Perwakilan asosiasi Indonesian Global IT atau Indoglobit Eropa, dalam keterangan persnya di Helsinki, Jumat (26/03).

Latif memimpin sejumlah perusahaan IT Indonesia yang tergabung dalam Indoglobit dalam acara Indonesia ICT Day untuk mempresentasikan produk dan jasanya kepada 17 perusahaan Eropa di Kantor KBRI Finlandia, Helsinki, Kamis (27/03).

Diterangkan Latif, daya saing produk IT Indonesia lainnya adalah lebih adaptif untuk kustomisasi sesuai dengan kebutuhan konsumen. “Hal itu sulit dilakukan perusahaan Eropa atau Amerika, karena mereka sangat rigid dengan patron yang sudah ada. Selain itu kustomisasi akan menambah biaya SDM untuk pengembangan. Karena SDM mereka sendiri terbatas jumlahnya,” terang pria asli Bugis yang sudah menetap lebih dari 20 tahun di Belanda tersebut.

Sujoko, Research and Development Director PT Indoguardika Cipta Kreasi (ICK), salah satu perusahaan IT Security teknologi anti sadap yang tergabung dalam delegasi Indonesia, mengamini pernyataan Latif. Kemudahan kustomisasi produk, kata dia, merupakan salah satu daya kompetitif produk IT Indonesia dibandingkan dengan perusahan asing.

ICK, misalnya, menawarkan konsep kustomisasi bahkan hingga level algoritma enkripsi dalam produk komunikasi antisadapnya. Jadi jika, calon konsumen memiliki algoritma enkripsi yang dikembangkannya sendiri, algoritma tersebut tersebut dapat ditanamkan dalam produk keluaran ICK. “Produk sejenis dari luar negeri biasanya enggan melayani hal semacam itu. Atau jika mau pun biasanya akan mengenakan biaya pengembangan yang besar,” kata Sujoko.

Hal senada diungkapkan pula delegasi Indonesia lainnya, Judhi Prasetyo Chief Technology Officer Gulfware, perusahaan pengembang teknologi RFID (Radio Frequency Identification) yang berkantor pusat di Dubai, Uni Emirat Arab. Menurut dia, pasar timur tengah menyukai produk IT Indonesia salah satunya karena bisa memenuhi kebutuhan konsumen secara optimal.

“Permintaan yang macam-macam pun bisa kita layani. Pengembangan produk RFID ini misalnya, kami optimalkan sehingga mempunyai beraneka ragam fungsi yang kami sebut RFID in life. Yakni teknologi RFID yang bisa diterapkan dalam berbagai aktivitas kehidupan manusia, tidak terbatas dalam identifikasi aset saja,” tegas pria asal Tegal tersebut.

Indonesia ICT Day di Helsinki yang dibuka Dubes RI untuk Finlandia Elias Ginting merupakan bagian dari dari roadshow promosi produksi dan jasa IT Indonesia di dunia internasional. Sebelumnya kegiatan yang sama dilakukan di Hamburg Jerman ,Jumat (14/3), Brussel Belgia, Senin (23/3) dan Eindhoven Belanda, Selasa (24/3).

Elias dalam keterangannya mengatakan sangat mendukung penuh kegiatan ini sebagai bagian dari upaya mempromosikan potensi Indonesia khususnya di Finandia. Apalagi pemerintah sudah mencanangkan kebijakan penguatan diplomasi ekonomi dengan negara-negara sahabat.

“Kami berharap Indonesia nantinya juga bisa diakui sebagai negara produsen produk dan jasa IT dunia. Bukan hanya dikenal sebagai negara tujuan wisata atau penghasil produk kopi saja,’ ujar Elias.

Latif mengapresiasi peran pemerintah dalam mendukung roadshow promosi produksi dan jasa IT Indonesia kali ini. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menguatkan positioning perusahaan IT Indonesia dalam persaingan global.

“Kita jangan sampai kalah dengan produk dan servis IT Vietnam atau Filipina yang sekarang sedang naik daun. Dubes dan menteri mereka bahkan sampai datang langsung ke High Tech Campus Eindhoven, pusat inovasi IT Eropa untuk mengawal perusahaan-perusahaan IT negaranya agar bisa menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan global di sana,” jelas Latif.

Kalau bergerak lebih aktif, sambung Latif, Indonesia sebenarnya akan lebih dilirik. Karena dengan penduduk yang mencapai 250 juta jiwa, pangsa pasar untuk produk dan jasa IT di negeri kita ini sangat besar. Perusahaan global akan tertarik bermitra dengan perusahaan IT Indonesia demi melihat kesempatan bisnis di ceruk pasar yang besar tersebut.

“Jika terjalin kemitraan dengan perusahaan global, maka perusahaan lokal Indonesia bisa terlibat juga dalam pengembangan produknya. Sehingga kita tidak melulu hanya sebagai konsumen produk asing, tapi juga berperan sebagai produsen dalam pengembangan produk tersebut,” tegas Latif.

Selain roadshow di berbagai kota IT dunia di Eropa, delegasi Indonesia juga sempat menampilkan teknologi canggihnya di pameran IT terbesar dunia, CeBIT 2105 di Hannover Jerman, (16-20/3) pekan lalu. Teknologi yang diusung dalam pamera tersebut antara lain teknologi anti tapping atau antisadap dari Indoguardika Cipta Kreasi (ICK), online digital signature dari Bataviasoft, RFID assets dari Gulfware, smart payment system dari PME ITB, SAP Adds on dari Abyor, penetration testing dari Bandung Techno Park, cloud solution dari Qwords, LTE small cell dari Fusi, big data processing dari Solusi247, e commerce dari Suitmedia, online learning dari Zenius serta virtual reality dari Sangkuriang.

Sejumlah perjanjian kerjasama dan proyek dengan nilai total jutaan dolar juga telah berhasil diraih misi dagang Indonesia selama pameran dan roadshow. Seperti perjanjian kerjasama teknologi enkripsi antisadap PT ICK dengan perusahaan mitra di Timur Tengah dan Eropa Barat, pen testing Bandung Techno Park dengan perusahan asal Amerika Serikat (AS), kerjasama off shore software PT Abyor dengan mitra Jerman, pengembangan produk LTE (Long Term Evolution) PT Fusi dan PME ITB dengan Prodrive Technology Belanda serta produk big data processing PT Solusi247 dengan perusahaan IRI asal AS.

Kegiatan roadshow dan pameran ini sendiri terselenggara atas prakarsa Kementerian Perindustrian, Kementriaan Komunikasi dan Informasi, Kementrian Perdagangan, KBRI Brussel, KBRI Den Haag, KBRI Jerman, KJRI Hamburg, KBRI Finlandia, asosiasi Indoglobit dan Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia (IASI) Jerman. (RAPP002)