Terjadi Gempa Kecil, Sejumlah Rekahan Tanah Muncul di Pacitan

oleh -1 Dilihat
Ilustrasi Rekahan Tanah di Pacitan. (Foto : Tribun)
Ilustrasi Rekahan Tanah di Pacitan. (Foto : Tribun)
Ilustrasi Rekahan Tanah di Pacitan. (Foto : Tribun)
Ilustrasi Rekahan Tanah di Pacitan. (Foto : Tribun)

Pacitanku.com, PACITAN—Akibat muncul rangkaian gempa kecil di Pacitan, sejumlah rekahan tanah muncul di beberapa titik kawasan pesisir selatan. Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pacitan Ratna Budiono, Sabtu mengungkapkan fenomena rekahan tanah sebetulnya mulai mereka identifikasi sejak 2011 dan terus berlangsung hingga sekarang.

Menurut Ratna, fenomena rekahan yang kemunculannya selalu didahului gempa berkekuatan rendah itu justru menguntungkan. “Garis-garis rekahan banyak muncul di wilayah Kabupaten Pacitan,” katanya di Pacitan, dilansir dari Antara, Ahad (21/9/2014).

Alasannya, kata dia, hal itu secara tidak langsung bisa meminimalisir terjadinya tumbukan besar pada lempeng Eurasia dan Indoaustralia di Samudera Hindia. “Tetapi ya itu, di sisi lain gempa kecil tersebut akan terus memicu munculnya rekahan-rekahan tanah baru, dan itu tentu membahayakan jika lokasinya di sekitar pemukiman penduduk,” ujarnya.

Diketahui, kasus rekahan tanah terakhir, terjadi di Desa Nglaran, Kecamatan Tulakan pada pertengahan Juli 2014. Saat itu, tutur Ratna Budiono, ada sedikitnya 11 rumah milik warga yang mengalami kerusakan, mulai kerusakan ringan, sedang, sampai berat.

Sementara, bencana serupa pernah terjadi pada Februari 2014, dimana lima rumah dan satu tempat ibadah di Dusun Sono, Desa Kalikuning mengalami kerusakan.

“Bahkan pada 2011 lalu kondisinya lebih parah. Saat itu ratusan warga terpaksa mengungsi. Sebab, tanah tempat mereka bermukim ambles dan retak-retak. Bencana tersebut telah merusak 54 rumah warga,” paparnya.

Di bulan Januari 2013 rekahan tanah sepanjang 150 meter dengan kedalaman 10 meter muncul di Dusun Ngagik, Desa Bandar, Kecamatan Bandar.

Diketahui, ada perubahan pola rekahan yang terjadi. Jika dulu rekahan membujur dari arah selatan ke utara, tetapi kini rekahan baru membujur dari barat ke timur dengan panjang sekitar satu kilometer. “Kemungkinan itu sebagai dampak gempa kecil-kecilan,” ucapnya.

Meski kini kejadian itu tak berlanjut lagi, tetapi Ratna berharap warga tetap bersikap waspada. Terlebih saat musim hujan nanti, karena rekahan dapat memicu tanah longsor jika terus menerus tergerus oleh air hujan. Kondisi akan lebih berbahaya jika rekahan berada di dekat pemukiman warga.

“Jika ada rekahan, tutup dengan tanah. Agar pada musim penghujan tidak terjadi longsor,” pungkasnya. (DWI)