Keindahan Alam Pacitan Ditengah Isu Tsunami dan Dampaknya Terhadap Ekonomi

oleh -130 Dilihat
Keindahan Pantai Bercak Pringkuku Pacitan. (Foto: Dok. Pacitanku)

Penulis: Callista Nadia Jasmine*

Pacitanku.com, PACITANPacitan adalah sebuah kabupaten yang terletak di ujung barat Provinsi Jawa Timur, Indonesia, tepatnya di pesisir selatan Pulau Jawa, yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.

Dikenal dengan julukan “Kota 1001 Goa” dan “Paradise of Java”, Pacitan memiliki keindahan alam yang menakjubkan, serta beragam destinasi wisata yang menarik, terutama pantai-pantai indah yang menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan.

Namun, dibalik keindahan alam tersebut, Pacitan menghadapi tantangan besar. Daerah ini rawan terhadap bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami.

Pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terhadap aktivitas gempa sejak 2008 menunjukkan bahwa wilayah selatan Pacitan sering mengalami kluster seismik aktif, meskipun kluster pusat gempa tersebut belum berujung pada gempa besar.

Pacitan juga terletak di depan zona megathrust yang semakin memperbesar risiko bencana alam.

Dalam beberapa bulan terakhir, isu tentang kemungkinan tsunami yang dapat mencapai ketinggian 28 meter ramai dibicarakan di jagat maya.

Isu ini menyebabkan penurunan signifikan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pacitan. Penurunan ini memberikan dampak langsung terhadap ekonomi masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal dan mengandalkan sektor pariwisata di kawasan pesisir.

Usaha-usaha seperti penginapan (hotel dan homestay), warung makan, restoran, pusat oleh-oleh, serta bisnis lainnya yang bergantung pada kunjungan wisatawan, mengalami kerugian.

Bahkan, nelayan yang menggantungkan hidupnya pada hasil tangkapan laut juga turut terdampak. Meskipun hasil tangkapan melimpah, permintaan pasar menurun karena mayoritas pembeli adalah wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

Kondisi ini semakin memprihatinkan mengingat sektor pariwisata, khususnya wisata pantai, merupakan penyumbang terbesar bagi perekonomian Pacitan dan kesejahteraan masyarakatnya. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Pacitan, pada semester pertama tahun 2024, sektor pariwisata menyumbang 38,4 persen dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan target pendapatan sebesar 12,9 miliar Rupiah.

Pantai-pantai menjadi destinasi wisata favorit utama. Namun, hingga saat ini, pendapatan sektor pariwisata baru mencapai 50% dari target, padahal tahun 2024 hanya tinggal beberapa hari lagi.

Dengan turunnya jumlah wisatawan, masyarakat pesisir tidak hanya kehilangan pemasukan, tetapi juga menghadapi tantangan besar untuk memulihkan kembali kepercayaan pengunjung terhadap keamanan destinasi wisata di Pacitan.

Dampak Isu Tsunami terhadap Ekonomi Masyarakat:

1. Kehilangan Mata Pencaharian

Banyak masyarakat Pacitan, terutama yang tinggal di daerah pesisir, menggantungkan hidup pada sektor perikanan. Ketakutan akan tsunami dapat menyebabkan nelayan enggan melaut yang berdampak langsung pada pendapatan mereka.

Ketidakpastian ini juga dapat mempengaruhi mata pencaharian sektor lain yang bergantung pada industri perikanan, seperti pedagang ikan, restoran, dan penginapan. Tingkat okupansi hunian penginapan pun menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

2. Penurunan Aktivitas Ekonomi

Ketakutan akan tsunami dapat menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi, baik di sektor pariwisata maupun perdagangan.

Wisatawan yang sebelumnya datang untuk menikmati keindahan pantai Pacitan mungkin akan membatalkan perjalanan mereka, yang pada gilirannya mengurangi pendapatan dari sektor pariwisata.

Selain itu, sektor perdagangan lokal juga dapat terpengaruh oleh ketidakpastian yang timbul.

3. Peningkatan Biaya Hidup

Kewaspadaan terhadap potensi bencana alam mendorong masyarakat untuk mengeluarkan biaya lebih untuk mempersiapkan diri, seperti membeli perlengkapan evakuasi dan memperkuat infrastruktur rumah.

Hal ini dapat mengurangi daya beli masyarakat dan memperburuk kondisi ekonomi mereka, terutama bagi keluarga berpendapatan rendah.

4. Perubahan Struktur Sosial dan Psikologis

Ketakutan yang timbul akibat ancaman tsunami dapat mempengaruhi kondisi psikologis masyarakat, yang mungkin mengalami kecemasan atau stres.

Dampak jangka panjangnya adalah berkurangnya produktivitas kerja dan peningkatan masalah kesehatan mental, yang pada gilirannya dapat memperburuk keadaan ekonomi.

5. Investasi dan Pembangunan yang Terhambat

Kekhawatiran tentang potensi tsunami dapat menghambat investasi dan pembangunan infrastruktur di daerah pesisir.

Pengusaha atau pemerintah mungkin ragu untuk membangun proyek besar atau meningkatkan fasilitas pariwisata di daerah yang berisiko tinggi terhadap bencana alam, yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

6. Meningkatnya Angka Pengangguran

Dalam sektor penginapan, penurunan tingkat okupansi penginapan berdampak besar pada ekonomi, operasional, sosial, dan keberlanjutan bisnis penginapan. Penurunan jumlah tamu hotel menyebabkan pendapatan menurun. Jika tingkat okupansi terus menurun, pemilik penginapan mungkin akan mengurangi jumlah karyawan atau jam kerja untuk menekan biaya.

Bahkan PHK karyawan dan penutupan penginapan dapat terjadi. Hal serupa juga bisa terjadi pada pemilik toko, supermarket, maupun tempat makan. PHK karyawan dapat meningkatkan angka pengangguran di wilayah tersebut.

Secara keseluruhan, isu tsunami yang terus berkembang dapat menciptakan ketidakpastian yang berpengaruh pada perekonomian lokal, mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, dan memperlambat pertumbuhan sektor-sektor utama seperti perikanan dan pariwisata.

Adanya isu tsunami yang mempengaruhi ekonomi masyarakat pacitan diperlukan solusi untuk mengatasi hal tersebut.

Langkah-langkah strategis seperti edukasi mitigasi bencana, penguatan infrastruktur, promosi wisata yang aman, diversifikasi ekonomi, serta program perlindungan sosial sangat diperlukan.

Pemerintah Daerah Pacitan, BNPB, BMKG, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Kementerian Sosial harus bersinergi dalam pelaksanaan kebijakan ini, didukung oleh sektor swasta dan lembaga keuangan untuk memastikan pemulihan ekonomi dan ketangguhan masyarakat Pacitan.

BPBD Jatim telah memasang sistem peringatan dini (Early Warning System) dan sirine serta membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) sebagai langkah mitigasi bencana.

BMKG telah berencana memasang alat deteksi pergerakan tanah di sepanjang Sesar Grindulu sebanyak 8 unit. Dengan begitu dapat memulihkan kepercayaan para wisatawan untuk kembali berkunjung, sehingga perekonomian Pacitan dapat pulih secara bertahap.

* Penulis adalah Mahasiswa Hubungan Internasional Universias Sebelas Maret (UNS)

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.