Tips dari Komunitas Trash Hero Jaga Lingkungan Hidup: Jangan Bakar Sampah, Terapkan Gaya Hidup Zero Waste

oleh -3 Dilihat
TEMPAT SAMPAH. Seorang petugas sedang menata sampah di salah satu penampungan sampah di Pacitan. (Foto: Shofiatun Muhajir)

Pacitanku.com, PACITAN – Komunitas Trash Hero Kabupaten Pacitan memiliki sejumlah tips untuk menjaga lingkungan hidup, salah satunya dengan memanajemen pengelolaan sampah rumah tangga.

Diakui, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari urusan sampah. Banyak aktifitas yang pada akhirnya  menghasilkan sampah baik dengan jumlah besar ataupun kecil. 

Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada tahun 2020 menunjukan prosentasi tertinggi penghasil sampah berasal dari rumah tangga yaitu sebanyak 30.8 %. Sedangkan sampah tidak terkelola mencapai 46.69 % pertahun (sipsn.menlhk.go.id).

Baca juga: Bersih-bersih Sampah di Pancar Door, Cara Komunitas Trash Hero “Ngabuburit” di Bulan Ramadhan

Sering dijumpai  pembakaran sampah terjadi untuk mengurangi permasalahan sampah. Hal ini biasa dilakukan masyarakat. Namun ternyata pembakaran sampah bukanlah solusi yang baik karena dapat berbahaya bagi kesehatan jika dilakukan terus menerus.

Genta, salah satu relawan lingkungan dari komunitas Trash Hero Pacitan pada Selasa (4/5/2021) memaparkan dampak pembakaran sampah selain menimbulkan polusi, juga dapat mehasilkan zat-zat berbahaya seperti karbon monoksida, mercury, dioksin dan sebagiannya.

Menurut Genta, selain menimbulkan dampak lingkungan, pembakaran sampah juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan seperti dioksin yang dapat menimbulkan kanker jika masuk ke dalam tubuh manusia.

Zat-zat berbahaya tersebut dapat masuk ke dalam tubuh. Bagaimana caranya?  Sisa pembakaran sampah atau abu dapat mengendap ke tanah dan diserap tumbuhan lalu dapat masuk ke dalam ekosistem, kemudian pada akhirnya zat tersebut masuk ke dalam rantai makanan.

Selain dari bahan makanan yang dikonsumsi manusia zat berbahaya itu dapat terhirup dan mengendap di dalam tubuh.

“Solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak pembakaran sampah yang pertama yaitu mengetahui karakteristik sampah antara sampah anorganik dan organik selanjutnya memisahkan kedua jenis sampah tersebut,”kata Genta.

Selain itu, cara kedua adalah dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.“Yang ketiga yaitu menerapkan gaya hidup zero waste,” tutur Genta.

Gaya hidup zero waste, kata Genta, adalah dengan mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai seperti mengurangi penggunaan plastik belanja sekali pakai, botol minum sekali pakai, sedotan sekali pakai kemudian menggantinya dengan membawa tas belanja sendiri, tumbler sendiri dan menggunakan sedotan stainless steel atau sedotan bambu.

Menurut Genta, pengelolaan sampah secara mandiri selayaknya dilakukan. Jika hal tersebut tidak terlaksana maka banyak sampah yang tidak terkelola dan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kemudian pada akhirnya dapat menjadi bom waktu.

Kontributor: Shofiatun Muhajir (Mahasiswa STKIP PGRI Pacitan)
Editor: Dwi Purnawan