Jejak Sejarah di Pacitan dari Abad 15-19

oleh -76284 Dilihat

Setelah Syekh Subakir meninggalkan Bukit Karang untuk melanjutkan perjalanan, orang-orang tempatan membuat aling-aling cungkup Sentana Genthong dari ijuk atau KEDUK. Hal ini dilakukan sebagai bentuk “pengeling-eling duk nalika semana” yang artinya pengingat peristiwa-peristiwa masa lalu, agar menjadi pelajaran dan kewaspadaan. Eling lan Waspada.
____________________
G. PERSINGGAHAN MENURUT LEGENDA

XX. MAJAPAHIT SENJAKALA ABAD 15
Pacitan masih masuk wilayah kadipaten Wengker. Memiliki seorang Pemangku atau penguasa Wilayah yang bernama Ki Ageng Buwana Keling. Beliau adalah bangsawan Majapahit, yang menghabiskan masa tuanya menjadi seorang brahmana Hindu. Tepatnya di pasiman Jati, di bawah lereng Gunung Limo sebelah selatan (sekarang bernama Desa Purwoasri).

Ada sebuah legenda rombongan Ki Ageng Tiyoso mencari Buwana Keling yang merupakan, hingga sampai di bukit kapur Sentono Gentong. Dalam samadhi dia mendapat ilham untuk menuju ke arah timur. Lereng gunung berjajar lima, berangkatlah ia menemui saudaranya.

XXI. KYAI TUNGGUL WULUNG (DEMAK)
Tempat yang disinggahi Sang Mantri Tamtama Soreng Pati Kesultanan Demak. Yang kemudian dikenal sebagai Kyai Tunggul Wulung dalam perjalanannya menuju Arga Suci Gunung Limo.

Tujuan kedatangannya adalah untuk menancapkan Pusaka Khalifah Panji Tunggul Wulung di puncak Gunung Limo. Hal itu dilakukan sebagai perintah Sultan Demak untuk menandai batas wilayah sampai pesisir selatan. Sekaligus Babat Alas pendadaran Pasukan dari kalangan sipil, sebagai wajib militer masa itu.

Sang Mantri beserta pasukan Soreng bermalam di petilasan Sentono Gentong. Dari sini arah yang dimaksud Arga Suci Gunung Limo nampak dengan jelas.

XXII. KYAI BAYAT (ERA PAJANG)
Kyai Bayat beserta rombongannya pernah singgah di Sentono Genthong. Setelah mendatangi salah seorang putra Brawijaya V di daerah Kalak untuk menyampaikan syiar. Sebelum beliau melanjutkan perjalanan Sidomulyo Kebonagung dengan gelar Kyai Brayut.

Mbah Bayat merupakan seorang wali, beliau membersihkan petilasan Sentana Genthong beserta para pengikutnya. Membenahi lokasi petilasan sekaligus memperbaharui genthong wudhu. Doa’doa dan dzikir tolak balak kembali dilantunkan ditempat yang sama, petilasan Syekh Subakir atau Syaikh Al Baqir Al Farisi.

Terdapat jalan yang melewati Sentana Genthong. Tempat ini menjadi ramai disaat hari pasaran. Karena sering dilalui para pedagang (bakul) dari lembah menuju Pasar di bukit Candi. Mata air yang melimpah dan segar diperuntukkan mengisi perbekalan minum para pejalan. Walaupun bukit Kapur yang terjal, namun udara disini cukup sejuk. Menjadi tempat peristirahatan dan pesalatan.
_________________________

H. CATATAN JAMAN KOLONIAL

XXIII. PRANG GLESUNG ERA MATARAM
Kare Tojeng Karaeng Galesong adalah seorang laksamana angkatan laut Kerajaan Gowa yang terus melakukan peperangan di laut melawan VOC bahkan setelah Perjanjian Bongaya ditandatangani Sultan Hasanuddin. Galesong mendarat di Jawa membantu Trunojoyo dan Sultan Ageng Tirtayasa.

Trunojoyo pada tahun 1677 M. berhasil menumbangkan Raja Mataram Amangkurat I bekerja sama dengan VOC ,Adipati Anom putra Amangkurat I diangkat menjadi Amangkurat II. Dalam Perjanjian Jepara (September 1677) yang isinya Sultan Amangkurat II Raja Mataram harus menyerahkan pesisir Utara Jawa, jika VOC membantu memenangkan terhadap pemberontakan Trunojoyo.

Pasukan Galesong terdesak ke timur masuk ke hutan-hutan Pacitan yang waktu itu merupakan tanah lungguh Mataram. Masyarakat Pacitan menyebut perang Trunojoyo versi Galesung sebagai PERANG GLESUNG.

Pasukan Mataran bersama VOC merangsek dari arah barat, sedangkan Pasukan Glesung berangsur-angsur mundur ke timur sampai daerah Wonogondo. Atas bantuan Kyai Brajagati yang menguasai medan hutan berhasil bertahan dari gempuran pasukan Mataram pro Kompeni.

Bukit Sentono Gentong Dadapan dan Bukit Karang Pulut Desa Wonogondo dijadikan pos telik sandi. Pasukan Glesung menempatkan telik sandi di Sentana Genthong sebagai titik bukit sebelah barat lembah kota untuk mendeteksi pergerakan musuh. Lalu diinformasikan dengan cepat ke seberang di bukit timur (Karang Pulut). Dengan menggunakan kode asap dan sandi bendera telik sandi mengirim pesan. Strategi ini cukup efektif sehingga pasukan yang berada di lembah kota terjebak di tengah tidak mampu melanjutkan pengejaran ke arah timur.

Trunojoyo akhirnya berhasil dikalahkan Mataram dengan bantuan dari VOC pada penghujung tahun 1679 di pesisir utara. Sedangkan sebagian pasukan Glesung yang di selatan berhasil meloloskan diri dari kejaran Mataram pro Kompeni berkat setrategi gerilya yang didukung benteng alam.

XXIV. EKSPEDISI BELANDA I Tahun 1868

Berdasar catatan Hindia Belanda “Tijdschrift voor Nederlandsch-Indië” Catatan untuk Hindia Belanda. tahun 1868. Rombongan ekspedisi “POERWA LELANA” yang terdiri dari:
1. Dr. W. R. Baron Van Hoevel
2. I. D. Fransen Van De Putte,
3. Mr. C. Van Heukelom,
4. Mr. C.J. Mirandolle,
5. Hendrik Muller
6. Prof. dr. P.J. Veth
7. Staatslieden
8. Juru tulis Geletterden

Dari Surakarta dan datang ke Pacitan, selama lima hari rombongan ini tidak menyebutkan apa-apa selain mencari “Tumbal Jawa”.
Di hari ke enam “Keesokan paginya” datang seseorang menemui rombongan “Poerwa Lelana” Baron Van Hoevel, menunjukkan tumbal pulau Jawa. Konon berasal dari Turki yang disebut Astana Gentong. Orang Belanda menyebutnya begraafplaats van den aarden pot (kuburan gentong gerabah). Lokasinya terletak di puncak Gunung Karang, dekat tepi laut dan empat mil dari kota.

Ekspedisi “Poerwa Lelana” Baron Van Hoevel menyaksikan bahwa ada jimat yangvterdiri dari tulang kaki ukuran agak besar, panjang satu jengkal lebih dua jari, berada dalam genthong gerabah sebesar kwali dan dengan penutup.

Genthong diletakkan di celah lubang bukit dan ditutup dengan atap serat-serat aren atau ijuk dalam bentuk cungkup kecil. Menurut cerita pemandu waktu itu atap sudah ada sejak pertama kali dibuat. Tidak berubah semenjak tumbal disimpan di sana.

Uniknya dalam catatan ekspedisi menulis:

“Dat been nu kan veranderen, het kan groot en klein worden”
Tulang kaki bisa berubah-ubah ukurannya, menjadi besar dan kecil.

“bijv. wanneer tien menschen het zien, dan schijnt het allen niet even groot”
misalnya ketika sepuluh orang melihatnya, semuanya tidak tampak sama

de een ziet het zoo groot als een arm, de ander slechts als een vinger enz

Orang melihatnya sebesar satu lengan, sedangkan yang lain hanya sebesar jari, dll.
____________________

I. KABAR HILANGNYA ARTEFAK??!!??

XXV. EKSPEDISI BELANDA II tahun 1871
Berdasar cerita masyarakat Pacitan tahun 1871 Tuan Lamrezs juru ongko yang bertugas di Pacitan, datang ke lokasi Sentana Genthong mengantar tamunya yang melakukan ekspedisi ke lokasi situs.
Semenjak kedatangan Lamerzs Tulang kaki itu hilang, sedangkan sisi lambung Genthong sebelah selatan jebol.
Apakah yang terjadi kemudian??? Simak terus ya…
…………

++++++++++++++
Kronologi hilangnya artefak dan ditemukan kembali BERSAMBUNG …..
==============

Prev. Bab Sebelumnya Klik
https://www.facebook.com/nur.kompleh/posts/1977995085566288

+++++++++++++++++++++
REFF PROFIL Dr. W. R. Baron Van Hoevel : https://id.wikipedia.org/wi…/Wolter_Robert_van_Ho%C3%ABvell…

REFF CATATAN:
https://id.wikipedia.org/…/Tijdschrift_voor_Nederlandsch-In…

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.