Waspadai Penyebaran Antraks, DispertaTinjau Kondisi Hewan Jelang Ramadan

oleh -0 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Peredaran daging hewan ternak di Kabupaten Pacitan mengalami peningkatan menjelang bulan Ramadan. Kondisi ini menuntut instansi berwenang lebih ketat mengawasi kelaikan daging tersebut agar layak konsumsi. 

Terlebih beberapa waktu, Dinas Pertanian setempat menyatakan beberapa wilayah positif antraks. Salah satunya Desa / Kecamatan Pringkuku, Pacitan yang bulan Agustus lalu ditemukan kejadian positif antraks. 

Dinas Pertanian merasa perlu meninjau kondisi hewan ternak karena komoditas itu bakal banyak dicari ketika sudah mendekati hari raya idul fitri. 

‘’Perlu pengecekan untuk memastikan kesehatan daging sapi dan kambing yang beredar selama bulan ramadan dan lebaran nanti,’’ terang Kabid Kesehatan Hewan Disperta, Agus Sumarno, baru-baru ini.

Selama sepekan terakhir, Agus dan timnya terjun ke sejumlah pasar untuk melakukan inspeksi mendadak. Mereka juga menyambangi peternakan dan rumah pemotongan hewan (RPH) untuk memastikan kelayakan daging hewan ternak yang beredar. 

‘’Kualitas daging yang beredar relatif baik. Juga tidak ada gejolak harga. Tetapi untuk urusan kesehatan, perlu dicek terus,’’ ujarnya.

Menurut Agus, konsumsi daging sapi dan kambing bakal fluktuatif, mulai menjelang hingga berakhirnya ramadan. Ketika memasuki ramadan, konsumsi daging dari tahun ke tahun relatif menurun. Itu dilihat dari aktivitas RPH selama ramadan. 

Dia mengklaim penurunan konsumsi bisa mencapai 30 persen. Setelah menurun, konsumsi daging biasanya bakal meningkat lagi ketika memasuki satu minggu, atau sepuluh hari menjelang lebaran. 




‘’Pada momen peningkatan konsumsi tersebut, daging yang beredar harus dipastikan kesehatannya. Jangan sampai luput dan bisa mengganggu perayaan idul fitri masyarakat,’’ katanya.

Vaksinasi saat ini tengah getol sejak temuan positif antraks Agustus 2016 lalu di desa Ngadirejan dan Pringkuku. Vaksinasi fokus diarahkan ke hewan ternak yang ada di dua desa tersebut. 

Menurut Agus, vaksinasi di desa Pringkuku bahkan sudah dilakukan dua kali. Itu dilakukan demi memastikan kesehatan hewan ternak di desa tersebut. Sebab, virus antraks terbilang susah lenyap dari tempatnya hidup. 

‘’Dari 15 desa di tiga kecamatan (Pringkuku, Punung, Donorojo), ternak yang sudah divaksin ada sekitar 30 ribu ekor. Penanganan virus antraks ini harus serius,’’ jelasnya.

Kecamatan Pringkuku, Punung, dan Donorojo, Pacitan jadi perhatian serius tim dokter hewan dari Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sembilan kali temuan positif antraks selama satu tahun trakhir jadi penyebabnya. 

Untuk memastikan kondisi kesehatan lingkungan peternakan, dirasa perlu dilakukan uji laboratorium. Tim dokter hewan BBVetWates meninjau peternakan kelompok tani (poktan) Sidomakmur 2 di dusun/desa/kecamatan Pringkuku, Selasa (23/5). ‘’Sample tanah diambil sebagai bahan uji lab,’’ ungkap salah seorang tim dari BBVet Wates, dr H. Basuki Rahmat.

Pemilihan lokasi pengambilan sampel bukan tanpa alasan. Tahun lalu di poktan tersebut, ditemukan sapi ternak milik warga yang mati mendadak dengan gejala menyerupai antraks. 

‘’Kami sisir kembali titik yang dulu pernah ada kematian mendadak akibat antraks. Ini untuk mengetahui apakah lingkungan sekitar kandang positif atau tidak. Karena sudah hampir satu tahun sejak kejadian,’’ jelas Rahmat.

Sebagai bahan uji lab, tanah di sekitar kandang poktan Sidomakmur 2 diamankan untuk dibawa ke BBVet Wates. Pengujian nantinya akan dilakukan dengan menanam sample tanah yang diambil. 

Uji lab menggunakan cara tersebut, menurut Rahmat, dapat mengetahui positif tidaknya kandungan virus antraks pada sample tanah. Namun, uji lab itu juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar. 

‘’Karena untuk mengetahui positif tidaknya antraks di dalam kandungan tanah, harus ditanam dan dibiakkan terlebih dahulu. Mengujinya dari sana,’’ urainya.

Rahmat menyebut, pihaknya belum bisa menyimpulkan secara dini apakah tanah di sekitar kandang peternakan poktan Sidomakmur 2 masih positif antraks. Sebab, sudah hampir satu tahun dari kejadian kematian mendadak sapi di peternakan tersebut. 

‘’Memutuskan dini tidak bisa, dasarnya harus dari uji lab. Tetapi prediksinya, jika sudah satu tahun, memang kecil peluang jika masih positif,’’ ujarnya.

Sumber: Radar Madiun Jawa Pos