Stok Darah di PMI Pacitan Masih Kurang

oleh -0 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Stok darah di PMI Pacitan tahun lalu ternyata belum mampu mencukupi tingginya permintaan darah di sepanjang tahun. Dari total permintaan sebanyak 4.951 kantong, yang tersedia hanya 4.834 kantong. Kekurangan stok darah tahun lalu mencapai 117 kantong.

Tidak tercukupinya permintaan darah itu karena pasokan darah mengalami kendala pada waktu tertentu seperti bulan puasa. ‘’Ketika memasuki bulan puasa, banyak yang tidak bisa mendonorkan darahnya. Sementara permintaan terus ada. Solusinya dropping dari luar daerah,’’ terang Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) RSUD dr. Darsono, dr. Errisa M Mar, dilansir Radar Madiun, Sabtu.

Di banyak daerah lain, permintaan kantong darah biasanya didominasi oleh demam berdarah dengue (DBD). Uniknya, menurut Errisa, permintaan kantong darah di Pacitan tidak didominasi oleh penyakit seperti DBD. Yang justru membuat angka permintaan kantong darah meningkat adalah kebutuhan untuk operasi pasien RSUD dr. Darsono.

Dia mengklaim, kebutuhan kantong darah menjadi meningkat karena para dokter rumah sakit mengajukan permintaan hingga lebih dari satu kantong darah dalam setiap operasi. Alasannya, sebagai bahan persiapan memasuki ruang operasi. ‘’Karena itu, kesannya menjadi lebih tinggi. Kalau DBD, darah yang dibutuhkan itu darah trombosit,’’ terangnya.




Rata-rata per bulan, PMI ditarget antara 400 hingga 500 kantong darah. Donor darah per bulan juga berkisar pada angka tersebut. Ketika memasuki bulan puasa, donor darah jadi berkurang drastis.

Belajar dari kekurangan tahun lalu, Kepala Markas PMI Pacitan, Misgiman, menyebut pihaknya bakal mulai persiapan pemenuhan stok darah di bulan puasa sejak April mendatang. Pihaknya sudah bekerjasama dengan berbagai sekolah dan instansi lain untuk mengupayakan pemenuhan stok darah. ‘’Kami optimis permintaan darah tahun ini akan dapat tercukupi, lewat mengupayakan donor darah secara gencar,’’ ujarnya.

Satu kendala lain yang kini dialami PMI adalah tidak adanya alat pengolah darah trombosit. Karena itu, jika ada pasien yang membutuhkan darah trombosit, mereka terpaksa dilarikan ke daerah lain yang memiliki stok darah trombosit.

Padahal, trombosit penting bagi penderita DBD yang sudah memasuki tahap dengue haemorraghic fever (DHF). Maklum, harga alat tersebut menurut Misgiman mencapai Rp 500 juta. ‘’Kami sudah mengajukan permintaan untuk pengadaan alat tersebut. Namun belum di-acc,’’ terangnya.