Pacitanku.com, PACITAN – Pesona batu akik tampaknya perlahan mulai pudar. Harga jualnya pun terjun bebas. Musim batu hias yang tenggelam ini menyisakan dilema. Ratusan juta rupiah yang digelontorkan pemkab untuk program pengembangan kerajinan batu mulia pada tahun 2015 lalu terasa sia-sia. Apalagi, penjualan batu akik di Pacitan terus menyusut nyaris 100 persen. Pemkab belum memiliki formula untuk menaikkan lagi euforia batu akik seperti halnya batik Pace.
Kabid Perindustrian Diskoperindag Pemkab Pacitan Nanang Endarjanto mengakui, jika sektor industri batu mulia mengalami penurunan. Baik dari sisi pendapatan maupun perluasan pasar pembeli. Berdasar data Diskoperindag, dari sekitar 498 unit industri batu mulia di tahun 2015, sekarang hanya tinggal sekitar 250 unit yang masih tetap beroperasi. ‘’Itu pun hanya sebagian untuk kelompok industri batu mulia yang tergolong sudah mapan. Kalau industri yang kecil-kecil, tetap beroperasi tapi produksinya dikurangi,’’ ujarnya, kemarin (2/12).
Merosotnya industri batu mulia, diakui Nanang, juga berdampak pada berkurangnya jumlah tenaga kerja. Dari sebelumnya pada tahun 2015 ada sebanyak 885 tenaga kerja, kini jumlahnya menyusut hingga sekitar 25 persen. ‘’Dampaknya banyak. Karena memang di Pacitan itu pusatnya industri batu mulia,’’ katanya.
Nanang mengungkapkan, untuk mendongkrak popularitas batu mulia kembali seperti beberapa waktu lalu memang tidak mudah. Namun, bukan berarti tidak ada cara. Saat ini pihaknya menekankan kepada perajin batu mulia yang masih bertahan untuk mengembangkan produknya. Tak hanya dijadikan cincin, batu akik pun bisa divariasikan untuk aksesoris lainnya antara lain asesoris kalung batu akik modern, gelang akik modern dan anting akik modern. ‘’Jadi, perajin dituntut kreatif,’’ ungkapnya.
Diskoperindag juga rutin menggelar pameran di beberapa tempat untuk mempertahankan eksistensi batu mulia. Meskipun pada kenyataannya minat masyarakat akan batu mulia mulai meredup. ‘’Kami juga terus lakukan pembinaan kepada para perajin, termasuk fasilitasi pemasaran dan permodalan,’’ tuturnya.
Nanang menambahkan, merosotnya minat masyarakat batu mulia tersebut lebih disebabkan karena faktor ekonomi. Ketika kebutuhan masyarakat terpenuhi, animo pembelian terhadap barang tertentu yang merupakan kebutuhan sekunder pasti akan turun. ‘’Akan tetapi, pada saatnya nanti tren batu akik bakal kembali naik,’’ terangnya. (her/yup/RAPP002)
Sumber: Radar Madiun