181 Sapi Perah dan 18 Ribu Liter Susu yang Sejahterakan Warga Desa Gemaharjo

oleh -7 Dilihat

sapi-perahPacitanku.com, TEGALOMBO – Gemaharjo, desa yang berada di Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan memiliki produk unggulan sapi perah. Populasi sapi di desa sebanyak 181 ekor dan mampu menghasilkan susu 18 ribu liter per bulan. Pemasukan yang diperoleh dari penjualan susu mencapai Rp 86 juta per bulan.

Kepala Desa Gemaharjo, Wahyu Pujiono, mengatakan semua susu dari desanya sudah ada yang menampung. ‘’Distributornya dari Ponorogo dan sudah ada perjanjian kerjasama,’’ ujar Wahyu, selasa kemarin.

Karena itu peternak bisa mendapatkan penghasilan tetap setiap bulan dari hasil penjualan susu tersebut.




Menurut Wahyu, sebelum mengenal budi daya sapi perah, mayoritas warga Desa Gemaharjo hanya mengandalkan penghasilan dari pertanian. Tidak ada nilai tambah lain. “Baru pada 2014, ada tawaran dari Dinas Peternakan untuk mengembangbiakan sapi perah,” kata Wahyu.

Wahyu kemudian mensosialisasikan tawaran itu kepada sejumlah kelompok tani di desanya. Ternyata tawaran itu mendapat sambutan positif. Anggota kelompok tani tidak ragu mengembangbiakan sapi perah itu. “Lalu perwakilan kelompok tani kami ajak untuk studi banding ke Ponorogo,” kata Wahyu. Di Ponorogo, kata Wahyu, banyak pertenak yang sudah sukses mengembangbiakan sapi perah.

Setelah sapi bantuan dari Dinas Peternakan diterima kelompok tani, pemerintah Desa Gemaharjo langsung bergerak untuk membangun ruang pendingin guna menyimpan susu segar agar bertahan lama.‘’Kami juga mendorong agar warga memanfaatkan lahan kosong untuk mendukung peternakan,’’ ujar Wahyu.

Pemerintah desa, kata Wahyu, juga berupaya mencari distributor untuk memasarkan produk susu Gemaharjo. Pekerjaan ini tidak terlalu sulit. Sebab, posisi Gemaharjo yang berada di perbatasan Kabupaten Pacitan dan Ponorogo sangat mendukung pemasaran.Apalagi, di desa dengan luas 1.448 hektare itu terdapat subterminal bus berfasilitas kios dan warung. ‘’Warungnya buka 24 jam dan ini memudahkan pemasaran,’’ ujarnya.

Dampak positif dari pengembangbiakan sapi perah ini cepat terlihat. Jumlah penduduk miskin yang pada 2014 berjumlah 480 keluarga setahun kemudian berkurang menjadi 430 keluarga.

Tumadi, ketua Kelompok Tani Gemah Ripah 4, Desa Gemaharjo mengatakan, dengan mengikuti budidaya sapi perah pendapatannya meningkat. Sekarang dia memiliki omzet Rp 7 juta per bulan. Padahal sebelumnya dia harus menunggu mendapat penghasilan empat bulan sekali dari hasil panen.

Desa Gemaharjo masuk menjadi nominasi desa unggulan pilihan Tempo. Namun pada Edisi Khusus Desa Unggulan ini Gemaharjo tidak terpiliih. Tempo memilih tujuh desa dari tujuh provinsi yang dinilai telah melakukan banyak terobosan di berbagai bidang. Penyerahan penghargaan digelar pekan lalu akan dalam acara bertajuk “Membangun Desa untuk Masa Depan Indonesia” di Ruang Binakarna, Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.

Tujuh desa yang terpilih itu adalah Desa Jabiren, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, yang terpilih sebagai desa unggulan kategori penjaga lingkungan dan Desa Blang Krueng, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, sebagai desa unggulan untuk kategori sadar pendidikan. Kemudian Desa Mengwi di Badung, Bali sebagai desa unggul dalam pemberdayaan ekonomi.

Pada kategori sadar kesehatan, Tempo memilih Desa Lalang Sembawa, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Desa Kanonang Dua, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, terpilih sebagai unggulan desa hasil pemekaran yang inovatif. Adapun Desa Dermaji, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah kategori melek teknologi.

Sumber: Tempo