Longsor Tegalombo: Bongkahan Batu Besar Sempat Tutup Jalan Utama

oleh -0 Dilihat
BATU BESAR. Bus sedang melewati area longsor di Tegalombo, Rabu (2/11/2016). (Foto: Hendry Sasmita/KLiC)
BATU BESAR. Bus sedang melewati area longsor di Tegalombo, Rabu (2/11/2016). (Foto: Hendry Sasmita/KLiC)
BATU BESAR. Bus sedang melewati area longsor di Tegalombo, Rabu (2/11/2016). (Foto: Hendry Sasmita/KLiC)

Pacitanku.com, TEGALOMBO – Hujan deras yang mengguyur kawasan kecamatan Tegalombo pada Rabu (2/11/2016) siang menyebabkan bencana tanah longsor terjadi di jalan utama Pacitan-Ponorogo. Bencana tanah longsor tersebut terjadi pada Rabu siang pukul 14.50 WIB di kilometer 29 Ndegel, Desa Ngreco, Kecamatan Tegalombo.

Informasi yang dihimpun Pacitanku.com, material bongkahan batu besar menutupi jalan utama Pacitan-Ponorogo tersebut. Bahkan kendaraan roda empat sempat tak bisa melewati jalur tersebut akibat terhalang tanah longsor. Dua jam berselang, setelah beberapa bongkahan batu besar ditepikan, kendaraan roda empat sudah mulai ada yang melewati area rawan longsor itu.

Hingga berita ini diturunkan, sistem buka tutup diberlakukan sembari menunggu pengerukan material longsor dari pihak terkait.

Sebagai informasi, sepanjang jalan Pacitan-Ponorogo di wilayah Desa Gedangan, Desa Ngreco, Desa Tegalombo hingga Desa Gemaharjo di Kecamatan Tegalombo merupakan daerah rawan longsor. Hal itu dikarenakan bukit-bukit curam tersebut berada ditepi jalan utama penghubung Pacitan dan Ponorogo tersebut.




Sebelumnya, Ratna Budiono, Kasi Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan menyebut bahwa 11 kejadian bencana alam berpotensi terjadi di Pacitan. Hal itu dimungkinkan karena salah satu penyebabnya adalah secara geografis berdekatan dengan lempeng Indo Australia. ‎

Ratna mengatakan bahwa berdasarkan kajian lapangan oleh beberapa lembaga seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), BPBD, dan perguruan tunggi, menempatkan Pacitan dengan status tinggi bencana.

Hal ini dibuktikan dengan hasil kajian bahwa Pacitan memiliki 11 ancaman bencana dan semuanya berstatus tinggi.”11 potensi becana memang mengancam Pacitan, namun bukan berarti akan hancur. Justru ketika kita kenal dan tahu potensi, apa yang harus dilakukan untuk meminimalisirnya. Bukan dihindari tapi diminimkan,” katanya.

Ratna menyebut bahwa menurut hasil kajian lapangan, 11 ancaman becana di Pacitan meliputi tsunami, gempa bumi, banjir bandang, kekeringan, cuaca ekstrim, longsor, kegagalan teknologi, endemi penyakit, kebakaran, gelombang ekstrim dan konflik sosial.

Seiring meningkatnya curah hujan maka bencana akan meningkat pula. Puncak hujan diperkirakan berlangsung antara Desember 2016 hingga Februari 2017 nanti. Daerah-daerah rawan banjir, longsor dan puting beliung berpotensi tinggi mengalami bencana. Risikonya tinggi karena kerentanan juga masih tinggi sementara itu kapasitas masih terbatas.

“Masyarakat dihimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaannya. Cermati peringatan dini cuaca dari BMKG. Perhatikan kondisi lingkungan di sekitar yang dapat berpotensi menimbulkan bencana. Bencana terjadi saat kita tidak siap,”pesan Kepala pusat data, informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho. (RAPP002)