Pembangunan Museum Song Terus Kembali Molor

oleh -1 Dilihat

museum1Pacitanku.com, PACITAN – Proyek pengerjaan Museum Song Terus Desa Wareng, Kecamatan Punung jalan di tempat. Proyek yang diinisiasi oleh Kemendikbud tersebut tak kunjung dimulai. Padahal proses lelang elektronik sudah rampung. Bahkan, pemenang tender tersebut juga sudah ditentukan. Nilai kontraknya mencapai Rp 1,85 miliar dari total pagu sebesar Rp 4 miliar.

Kasi Tata Bangunan Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan (DCKTRK) Pacitan Tonny Setyo Nugroho mengatakan, rencananya proses pengerjaan akan dimulai bulan ini. Artinya, jadwal pekerjaan fisik molor satu bulan, dari proyeksi awal Agustus lalu. ‘’Penyebabnya alokasi anggaran untuk pembangunan fisik di situs Song Terus masuk APBN-P 2016,’’ ujarnya, kemarin (12/9).

Secara teknis, lanjut Tonny, bangunan situs Song Terus nantinya hanya direhab pada bagian depan saja. Terutama pada titik yang selama ini terdapat beberapa foto penjelasan tentang manusia prasejarah. Serta penambahan kantor untuk pusat penelitian. Mengingat di situs Song Terus saat ini keberadaannya belum memiliki kantor yang representatif sebagai tempat jujukan wisata minat khusus. ‘’Tidak sampai ke dalam gua untuk pembangunannya,’’ tuturnya.

Dia menambahkan, secara keseluruhan alokasi anggaran pembangunan museum Song Terus itu mencapai Rp 5 miliar. Rinciannya, Rp 4 miliar untuk kegiatan fisik dan Rp 1 miliar untuk pembebasan lahan seluas satu hektare guna keperluan ruang terbuka hijau (RTH). ‘’Saya belum bisa memastikan apakah anggaran tersebut nantinya bakal turun secara bertahap atau tetap sebesar Rp 5 miliar,’’ ungkapnya.

Diakui, alokasi anggaran yang turun dari pemerintah pusat tersebut jauh dari ekspektasi sebelumnya. Sebab, saat proses penandatanganan dokumen fisik pada Mei lalu disebutkan anggaran untuk pembangunan museum situs Song Terus mencapai Rp 46,328 miliar. Yakni Rp 45 miliar untuk konstruksi fisik museum, Rp 925 juta untuk pengawasan pekerjaan dari pihak konsultan, serta untuk pengelolaan kegiatan lapangan sekitar Rp 400 juta. ‘’Dengan adanya perubahan alokasi anggaran itu, ada kajian ulang lagi,’’ katanya.

Sesuai detail enginering design (DED), lanjut Tonny, bangunan itu nantinya akan terdiri dari tiga lantai. Masing-masing untuk lantai bawah tanah (underground) berisi ruang penelitian, ruang pengelolaan koleksi, ruang rapat dan kantor.

Sedangkan di lantai dasar meliputi VIP room, coffe shop, souvenir, area bermain tematik dan ruang pameran temporary. Sementara di bagian lantai atas terdiri dari ruang audio visual, auditorium, gudang dan ruang teknisi. ‘’Selain itu ditunjang dengan keberadaan menara atau tower setinggi 36 meter,’’ ujarnya.

Ia menambahkan, bangunan museum itu berdiri di atas lahan seluas 9.176 meter persegi. Saat ini pemkab telah menyediakan lahan seluas satu hektare untuk keperluan pembangunan museum tersebut. Belakangan, kebutuhan lahan kurang satu hektare lagi ruang terbuka hijau (RTH). ‘’Jadi kekurangan lahan itu nantinya akan diselesaikan kemendikbud berikut nilai pembebasan lahannya,’’ jelasnya.

Diakuinya, pembangunan museum prasejarah pemerintah pusat ke depan sangat menguntungkan daerah. Terlebih dalam aspek pembelajaran ilmu pengetahuan arkeologi. Selain itu juga dapat menjadi tempat tujuan wisata baru untuk penelitian.

Sebab keberadaan museum tersebut nantinya bakal dipadukan dengan lokasi penggalian di Gua Song Terus, Museum Buwono Keling serta Gua Tabuhan yang lokasi sangat berdekatan. (her/yup/RAPP002)

Sumber: Radar Madiun