APKAI Bangun 10 Demplot Kakao di Pacitan dan 4 Daerah Lain di Jatim

oleh -0 Dilihat
Kebun Kakao. (Foto : Mongabay)
Kebun Kakao. (Foto : Mongabay)

Pacitanku.com, SURABAYA – Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) akan membangun 10 demonstration plot (demplot) kakao di Jawa Timur pada 2016 ini. Hal itu menyusul adanya peningkatan permintaan kakao di Jatim. Demplot merupakan kebun percontohan, di mana dengan demplot ini petani turut membudidayakan kakao di Jatim.

“Setiap tahun produksi Kakao kami selalu minus tiga persen, karena saat ini kakao sebagai salah satu komoditas yang trending topic,” ujar Ketua Umum Apkai Arif Zamroni, di Surabaya, Senin 15 Agustus.

Sejauh ini, kata Arif, kakao asal Indonesia telah diekspor ke beberapa negara. Di antaranya, Timur Tengah, Korea, Turki, Tiongkok, Taiwan, Singapura, dan beberapa negatra lain di ASEAN. Meningkatnya kakao ini karena komoditas multifungsi. “Selain dapat digunakan untuk kosmetik, juga dapat digunakan untuk makanan, dan kesehatan. Saat ini Indonesia merupakan komoditas terbesar di Asia dan terbesar ke tiga dunia,” tambah dia.

Menurutnya, semakin berkembangnya kakao justru membuat banyak petani yang lebih memilih menjual kakao ke dalam negeri karena biaya ekspor kakao masih tinggi, yakni selisih lima persen dibanding pasar dalam negeri. “Apalagi saat ini, pabrik kakao multinasional dari Singapura dan Malaysia telah didirikan di Jatim,” kata Arif.

Untuk memenuhi permintaan kakao, kata dia, pihaknya akan membangun 10 demplot di lima kabupaten di Jatim yakni di Pacitan, Blitar, Trenggalek, Malang, dan Bondowoso. Pembangunandemplot ini juga merupakan salah satu bentuk kerja sama dengan Uni Eropa. “Demplot ini nantinya juga bisa berupa rehabilitasi, revitalisasi atau penanaman lahan baru khususnya bagi petani,” ujarnya.

Dengan adanya demplot ini diaharapkan produksi kakao per hektare (ha) per tahun sekitar 500 kilogram (kg), akan menjadi satu ton per ha per tahun. Sedangkan produksi kakao secara nasional mencapai 10 hingga 20 ton per hari. Dengan jumlah tersebut, maka permintaan kakao baik dalam negeri maupun luar negeri dapat teratasi. “Sebenarnya perubahaannya tidak terlalu signifikan, apalagi demplot tersebut hanya sekitar empat tahun, tapi paling tidak petani yang sebelumnya tidak tanam kakao jadi tertarik,” pungkasnya. (Metrotvnews)