Pacitanku.com, PACITAN – Sebanyak 4 kecamatan di Pacitan dengan lahan seluas 500 hektar akan menjadi fokus pengembangan budidaya kakao. Empat kecamatan tersebut adalah Tulakan, Kebonagung, Sudimoro dan Ngadirojo dengan perkiraan 1500 batang per hektar.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Bambang Supriyoko mengatakan bahwa untuk menyukseskan pengembangan kakao di Pacitan, pihaknya menjalin pihak ketiga. Hal ini untuk meningkatkan produksi kakao yang belum optimal dan belum mampu mengangkat nilai ekonomi bagi warga.
“Penyebabnya karena pengelolaan masih dilakukan secara tradisional dengan pola tumpangsari. Selain itu, hama Bubuk Buah Kopi (BBK) juga menjadi ancaman bagi tanaman siap panen, adapun mereka adalah Lembaga Penelitian Kakao serta gabungan ekportir. Tim akan mendampingi petani mulai penanaman, perawatan, hingga pasca panen,” jelasnya, sebagaimana dilansir laman SKPD Pacitan.
Lebih lanjut, Bambang menyampaikan bahwa selain membina petani pemilik lahan yang sudah ada, kegiatan kemitraan juga meliputi perluasan areal tanam. “Fokusnya adalah kawasan sepanjang Jalan Lintas Selatan (JLS) yang menjadi penghubung dengan kabupaten lain di Jawa Timur, seperti Trenggalek, Malang, Blitar, dan Bondowoso,”ujarnya.
Bambang mengatakan bahwa melalui Dishutbun, pengembangan kakao dalam bentuk intensifikasi ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani kakao di Kabupaten Pacitan.
”Petani kakao dikembangkan guna meningkatkan kembali perekonomian masyarakat dan produktivitas kakao di Jatim, maka sejak tahun 2012 masih terus dilaksanakan kegiatan pengembangan, khususnya di Pacitan, dalam bentuk rehabilitasi dan intensifikasi kakao,” papar Bambang.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jatim sendiri telah mencanangkan program kakao belt di sepanjang pantai Selatan. Perluasan penanaman kakao tersebut diawali dari Donomulyo-Malang, Udanawu-Blitar, Nganjuk, Ngawi dan Pacitan. Bahkan, dari Banyuwangi sampai Pacitan dalam kurun lima tahun terakhir yang targetnya sebesar 35 ribu ton per tahun. (Pur/Riz/RAPP002)