Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) secara resmi mengakhiri jabatannya sebagai Presiden Indonesia mulai Senin (20/10/2014). Atas selesainya jabatan sebagai Presiden itu, banyak yang merasa kehilangan, apalagi kiprah SBY sebagai Presiden selama 10 tahun cukup membawa Indonesia menjadi lebih baik. Salah satu yang merasa kehilangan tersebut adalah warga Pacitan, salah satunya adalah saya. Apalagi SBY memang lahir dan tumbuh besar di kota berjuluk seribu satu goa ini.
Salah satu yang merasa bahagia, bangga dan begitu mencintai Presiden SBY adalah puluhan anak – anak pelajar Pacitan. Merekapun mengekspresikan kecintaan mereka dengan menggambar Pak SBY dalam agenda Lomba Mewarnai Gambar. Lomba ini adalah rangkaian dari puluhan acara yang digelar untuk mengapresiasi 10 tahun kepemimpinan Presiden SBY oleh warga Pacitan.
Anak – anak segala umur tersebut begitu bahagia memiliki pemimpin tauladan seperti halnya SBY. Sehingga kelak, suatu ketika mereka berharap dirinya menjadi SBY – SBY selanjutnya yang siap memimpin Indonesia. Dengan penuh ketulusan, puluhan anak tersebut menggambar wajah SBY dengan corak khas anak – anak, penuh warna, yang menggambarkan keceriaan, keikhlasan, keindahan dan harmoni.
Ada yang menggambar wajah Pak SBY, lalu kemudian menuliskan dengan sepenggal kalimat “Pak SBY ganteng lho bu”. Atau ada pula yang melukiskan Pak SBY, tapi lebih mirip Megawati, mungkin anak ini berharap, suatu ketika SBY bisa rekonsiliasi dengan seniornya itu, hehehe.
Adalah SBY, seorang yang memang telah dituliskan oleh Allah SWT di Lauhil Mahfudz sebagai Presiden Indonesia keenam, berasal dari Tremas, Arjosari, Pacitan. Dengan kepiawaiannya memimpin Indonesia, beliau pun mampu membawa negeri ini mejadi lebih baik. Pun demikian halnya dengan Pacitan, yang berkat jasa SBY, berbagai kemajuan pun dirasakan dampaknya.
Mungkin SBY bukan yang terbaik yang pernah memimpin kita, akan tetapi SBY adalah orang yang tepat disaat yang tepat, mampu mengemban amanah dengan baik, hingga paripurna.
“Mohon maaf jika 10 tahun memimpin negeri tercinta, ada tutur kata / perilaku yang tidak berkenan di hati bapak, ibu & saudara, rakyat Indonesia. Sesungguhnya, dengan segala kekurangan yang kami miliki, kami ingin berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara. Salam sayang kami,” begitu bunyi permintaan maaf SBY untuk seluruh rakyat Indonesia di akun facebook dan twitternya.
Permintaan maaf tulus dari seorang pemimpin yang dua hari lagi beliau akan menatap hari – harinya dengan senyum kebahagiaan. Setidaknya ada tiga kebahagiaan yang dirasakan SBY, yang pertama yakni kebahagiaan mampu mengayomi hampir 280 juta rakyat Indonesia selama 10 tahun, yang kedua adalah kebahagiaan mampu menyelesaikan tugas dan amanah dengan baik, dan yang ketiga adalah kebahagiaan mampu menyambut Presiden baru yang akan memimpin Indonesia dengan sambutan luar biasa.
Ya, untuk pertama kalinya, semenjak Indonesia merdeka, Presiden RI menyelenggarakan lepas sambut bagi Presiden Terpilih. Ini adalah kesuksesan demokrasi dan kematangan luar biasa dari seorang pemimpin kita. Untuk yang satu ini, lagi – lagi saya angkat topi untuk pak SBY. Bapak Demokrasi kita sesunguhnya.
Saya pun berharap, kelak, suatu ketika, seperti harapan anak – anak yang menggambar Pak SBY itu, lahir SBY-SBY berikutnya. Di suatu masa nanti, Indonesia merindukan pemimpin seperti Pak SBY, yang berkat jasa beliau, Indonesia menjadi kian matang berdemokrasi, semakin sejahtera, dan semakin makmur.
Di akhir tulisan saya ini, doa saya untuk Pak SBY, sama persis dengan doa yang dituliskan Bu Ani di akun instagramnya.
“Aku tahu engkau telah bekerja yg terbaik untuk rakyatmu, siang & malam. Mudah-mudahan Allah SWT memberi kekuatan & perlindungan kepadamu, dan semoga Indonesia menjadi bangsa yang besar, kini & waktu mendatang,”
Selamat Pak SBY, kami bahagia memiliki pemimpin sepertimu. Selamat dan sukses.
Selamat Pak SBY, selamat untuk pak Jokowi.
Ditulis dari tanah rantau,
Persembahan untuk Presiden SBY
Semarang, Senin 20 Oktober 2014 pukul 00.00,
Dwi Al-Munir