Jika Masih Ada Dualisme, Sepakbola Indonesia Sulit Berprestasi

oleh -0 Dilihat
Rohmani PKS foto by Dwi Tajuk
Rohmani PKS foto by Dwi Tajuk

Pacitanku.com, JAKARTA—Prestasi sepakbola Indonesia yang tak kunjungi membaik di nilai adalah akibat dari masih adanya dualisme kepemimpinan dan adanya kubu – kubu di internal Pengurus Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Data terbaru peringkat FIFA, Indonesia terpuruk di peringkat 169. Bahkan PSSI kalah jauh dari negara yang namanya hampir tidak pernah terdengar di dunia sepakbola, Afghanistan yang berada diperingkat 139.

Bahkan dibeberapa ujicoba terakhir, timnas menjadi bulan – bulanan tim asal Eropa, seperti Arsenal, Liverpool, Chelsea. Indonesia hanya mampu menang melawan tim lemah Brunei Darussalam.

Kondisi ini memantik keprihatinan banyak kalangan, salah satunya anggota komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Rohmani. Dikatakan Rohmani, persepakbolaan Indonesia tidak akan pernah bangkit tatkala ada kesalahan dalam pengelolaan organisasinya, seperti halnya dualisme kepemimpinan di tubuh PSSI.

“Walaupun sekarang PSSI sudah kembali menjadi satu, namun kami yakini masih ada dua kubu yang berseberangan di PSSI. Ketidaksatuan PSSI ini menjadi sebab persepakbolaan nasional terpuruk, “ terang Rohmani kepada Pacitanku.com di Jakarta, Sabtu (24/8).

Menurut Anggota DPR RI yang membidangi masalah Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, Ekonomi Kreatif, Pemuda, Olahraga dan perpustakaan ini, permasalahan dualisme dan kubu di tubuh PSSI ini harus segera diakhiri ketika ingin melihat sepakbola nasional menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

“Walau bagaimanapun sepakbola adalah olahraga yang digemari sebagian besar masyarakat Indonesia, maka dari itu PSSI harus menanggalkan unsur politis dalam tubuhnya agar sepakbola kita benar – benar menjadi alat pemersatu bangsa,” tandas Aleg dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.

Lebih lanjut Rohmani mengatakan bahwa dengan kondisi seperti saat ini, pemain dari beberapa klub yang tak masuk ke dalam payung PSSI padahal memiliki bakat sepadan akan langsung tersingkir peluangnya untuk masuk timnas.

“Contohnya saja klub Pro Duta yang secara permainan tidak kalah dengan klub Indonesia, ternyata bisa melakukan ujicoba sampai ke negeri Belanda, dan secara permainan juga bisa mengimbangi tim dari Belanda, padahal di Indonesia tidak terlalu terkenal,”pungkas pria asal Brebes ini. 

Redaktur/Reporter/Foto : @dwi_itudua