Cengkeh Pacitan yang Menjadi Solusi Ekonomi

oleh -42 Dilihat
Cengkeh Pacitan (Foto : Kompas)
Cengkeh Pacitan (Foto : Kompas)
Salah satu warga sedang manen cengkeh (Dok.Pacitanku)
Salah satu warga sedang manen cengkeh (Dok.Pacitanku)

Pacitanku.com, Pacitan– Pacitan yang juga adalah daerah yang terkenal obyek wisatanya ini mempunyai potensi perkebunan cengkeh yang sangat  melimpah, dan bahkan dibeberapa kecamatn, cengkeh menjadi tulang punggung kehidupan para warga. Tanaman cengkeh di Kabupaten Pacitan seluruhnya dikelola oleh rakyat. Data terakhir menunjukkan bahwa total luas areal cengkeh adalah 7.780 Ha yang tersebar di 12 (dua belas) kecamatan, dengan produksi sebesar 2.208 ton dan produktivitas 0,382 ton/ha. Sejak tahun 2000, produksi rata-rata cengkeh Pacitan sebanyak 1.669 ton per tahun.

Dengan tingkat produktivitas itu, Pacitan menempati urutan kedua daerah penghasil cengkeh di Jawa Timur. Trenggalek, yang terletak tepat di timur Pacitan, memproduksi cengkeh rata-rata 1.978 ton/tahun sejak tahun 2.000, menjadi produsen utama di Jawa Timur. Sebanyak 4.000 ton berupa daun untuk produksi minyak cengkeh.

Sedikit memberikan gambaran, bahwa tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum, syn. Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek.

Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Republik Rakyat Cina dan Jepang. Minyak cengkeh digunakan di aromaterapi dan juga untuk mengobati sakit gigi. Daun cengkeh kering yang ditumbuk halus dapat digunakan sebagai pestisida nabati dan efektif untuk mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dengan memberikan 50-100 gram daun cengkeh kering per tanaman.

Kondisi cengkeh di Kabupaten Pacitan sendiri cukup mengalami pasang surut karena fluktuasi harga cengkeh yang cukup besar. Sementara itu dari sisi teknis tanaman cengkeh mempunyai karakteristik yang khas yaitu adanya panen besar dan pada tahun berikutnya panen kecil serta ada kalanya panen raya pada periode tertentu. Pada saat panen besar atau panen raya harga cengkeh cenderung menurun yang mengakibatkan petani merugi dan kemudian mereka tidak memelihara tanamannya. Sehingga hal tersebut mengakibatkan tanaman kurang baik dan produktivitas rendah. Tingkat produktivitas itu rendah karena tidak seluruh kebun cengkeh berproduksi. Dari 7.130 hektar, hanya 5.231 hektar kebun berproduksi. Sebanyak 1.810 hektar sudah harus diremajakan karena tidak menghasilkan bunga yang bagus lagi. Sementara 100 hektar belum bisa dipanen.

Perubahan kondisi alam ikut andil memerosotkan produktivitas cengkeh Pacitan. Hasil panen akan tinggi jika di musim sebelumnya terjadi kemarau panjang. Semakin lama kemarau, semakin banyak bunga dan daun cengkeh dihasilkan. Masalahnya, saat ini kemarau tidak bisa diprediksi lagi dengan pola pembagian waktu yang dikenal petani. Dalam pengetahuan tradisional petani, kemarau biasanya berlangsung dari April hingga pertengahan September.

Untuk harga cengkeh yang belum kering benar maksimal dibeli seharga Rp 26.000/kg. Bunga cengkeh kering dijual antara Rp 27.000 dan Rp 27.800/kg. Jika hasil panen lebih dari 500 kg, petani biasanya berani menjual bunga cengkeh basah. Namun kalau kurang, petani lebih suka mengeringkan dulu. Tetapi pernah juga dulu pada waktu pemerintahan Gusdur, harga cengkeh kering di pasaran mencapai 90.000/kg. Ada juga petani yang memilih menjual bunga basah. Biasanya, mereka membutuhkan uang secepatnya. Kalau menunggu cengkeh kering, mereka paling tidak harus menunggu sepekan. Itu pun dengan syarat harus panas terik terus agar cengkeh cepat kering.

Untuk pasaran cengkeh di Pacitan, mayoritas masih dijual ke pabrik rokok, dan pemasok pabrik rokok membeli cengkeh dari tangan kedua. Para pedagang yang berhubungan dengan petani ingin meraih laba sehingga harus menekan harga pembelian. Mereka dibantu petani yang membanjiri pasar setiap panen. Untuk permintaan pasar, para petani Pacitan tidak perlu khawatir. Jika tidak laku di luar Jatim, ada sejumlah pabrik yang siap menampung cengkeh mereka di Tulungagung, Madiun, Kediri, Malang, dan Surabaya.

Dengan kapasitas pasokan 75 persen dari total produksi rokok nasional, pabrik rokok Jatim membutuhkan cengkeh sangat banyak. Begitulah kondisi perkebunan cengkeh di Pacitan yang mengalami cerita yang panjang dan pasang surut perkembangan kondisi produktifitasnya.

Redaktur : Robby Agustav

Referensi : BAPPEDA PM Pacitan, http://deptan.go.id/