Pacitanku.com, PACITAN – Kabupaten Pacitan kini berada dalam status siaga tinggi terhadap ancaman penyakit antraks.
Bersama Wonogiri dan Gunung Kidul, Pacitan ditetapkan masuk dalam “segitiga merah” secara nasional, sebuah kondisi yang menuntut peningkatan kewaspadaan secara menyeluruh di sektor peternakan.
Informasi krusial ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Pacitan, Sugeng Santoso.
Menurutnya, status siaga ini diberlakukan lebih ketat menyusul adanya indikasi temuan antraks di wilayah Gunung Kidul, Wonosari, sekitar sebulan silam.
“Kami telah menginstruksikan seluruh jajaran untuk melakukan antisipasi maksimal. Pemicunya adalah informasi mengenai indikasi antraks di Wonosari, Kabupaten Gunungkidul meskipun kejadian itu sudah sekitar satu bulan yang lalu,”jelas Sugeng kepada media, Selasa (27/5/2025).
Sebagai langkah konkret, DKPP Pacitan telah memerintahkan pengetatan pengawasan terhadap lalu lintas ternak, khususnya di wilayah-wilayah perbatasan.
Mengingat mobilitas ternak yang kerap melintasi batas provinsi, langkah ini dipandang vital untuk mencegah penyebaran penyakit.
“Tim kami, terutama yang bertugas di pos-pos perbatasan, saya instruksikan untuk memperketat antisipasi dengan melakukan pemantauan intensif terhadap setiap hewan ternak yang masuk. Semoga antraks tidak sampai masuk ke Pacitan,”ujar Sugeng.
Antraks sendiri dikenal sebagai penyakit infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini memiliki kemampuan membentuk spora dan umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, domba, dan kambing.
Lebih mengkhawatirkan, antraks bersifat zoonosis, artinya dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan terinfeksi atau konsumsi produk hewan yang terkontaminasi.
Sugeng memaparkan salah satu karakteristik berbahaya dari bakteri antraks adalah kemampuannya untuk bertahan hidup di dalam tanah dalam jangka waktu yang sangat lama.
“Spora antraks bisa persisten di tanah bertahun-tahun. Misalnya, ada hewan terinfeksi antraks dan darahnya menetes di sekitar kandang, spora di area tersebut bisa bertahan lama. Rumput yang tumbuh di lokasi terkontaminasi itu masih berpotensi membawa bakteri yang jika dikonsumsi ternak lain, bisa menularkan penyakit,”terangnya.
Menjelang perayaan Idul Adha yang akan segera tiba, DKPP Pacitan juga telah membentuk tim khusus untuk memastikan keamanan proses penyembelihan hewan kurban.
Sejumlah petugas kesehatan hewan telah dimobilisasi untuk melakukan pemeriksaan intensif, menjamin setiap hewan kurban yang akan disembelih dalam kondisi sehat dan bebas dari antraks.
Menutup keterangannya, Sugeng Santoso mengimbau seluruh masyarakat dan peternak di Pacitan untuk meningkatkan kehati-hatian.
Dia menekankan pentingnya proaktif melapor kepada petugas kesehatan hewan atau dinas terkait jika menemukan ternak yang menunjukkan gejala sakit atau mati secara mendadak.
“Apabila ada indikasi ternak sakit, kami mohon masyarakat segera berkomunikasi dengan petugas kesehatan hewan terdekat atau menghubungi kami langsung di dinas. Ini penting agar kami bisa segera melakukan pengecekan untuk memastikan penyebab sakitnya. Penanganan ternak yang sakit karena penyakit menular tentu berbeda dengan yang tidak menular,” pungkas Sugeng.