Benteng PHBS dan Edukasi Jadi Kunci Puskesmas Ngadirojo Pacitan Tekan Leptospirosis

oleh -113 Dilihat
Kepala Puskesmas Ngadirojo Rini Endrawati . (Foto: Sudarsono/Pacitanku)

Pacitanku.com, NGADIROJO – Memasuki musim penghujan yang rentan peningkatan kasus, Puskesmas Ngadirojo, Pacitan, intensif meningkatkan kewaspadaan terhadap leptospirosis.

Penyakit berbasis lingkungan yang disebarkan melalui tikus ini erat kaitannya dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mendorong Puskesmas untuk menggencarkan berbagai upaya promotif dan preventif secara masif di tengah masyarakat.

Kepala Puskesmas Ngadirojo, dr. Rini Endrawati mengakui bahwa tren tahunan leptospirosis masih menjadi perhatian serius yang memerlukan penanganan berkesinambungan.

“Kalau menghilangkan sama sekali mungkin perlu waktu. Penyakit berbasis lingkungan ini sangat berkaitan dengan perilaku masyarakat,”ujar dr. Rini, Senin (12/5/2025) di Ngadirojo.

dr Rini menekankan, mengubah perilaku membutuhkan proses, dan PHBS menjadi salah satu kunci utama untuk mencegah penularan.

Sebagai langkah antisipasi dan solusi jangka panjang, dr. Rini menjelaskan bahwa sejak Desember lalu, pihaknya telah menyiagakan seluruh elemen di lapangan, mulai dari bidan desa, kader kesehatan, hingga perangkat desa, untuk menyerukan kewaspadaan kepada masyarakat.

Evaluasi rutin terhadap potensi kasus pun dilakukan setiap bulan dalam rapat koordinasi lintas sektor di tingkat Kecamatan Jati, menunjukkan komitmen bersama dalam menghadapi ancaman ini.

Di lapangan, langkah konkret yang dijalankan meliputi pelacakan kasus, koordinasi erat dengan bidan desa dan kepala dusun untuk penyelidikan awal bersama kader, serta pelaksanaan promosi kesehatan yang kerap dibarengi Penyelidikan Epidemiologi (PE) oleh petugas surveilans.

Edukasi rutin mengenai leptospirosis kepada masyarakat Ngadirojo Pacitan, termasuk cara penularan dan pencegahannya, juga tak henti dilakukan. Upaya gencar ini mulai membuahkan hasil.

“Meski terdapat kasus, tahun ini angka kejadian leptospirosis menurun secara signifikan,” ungkap dr. Rini.

Ia mengaitkan penurunan ini dengan intensitas edukasi serta pelajaran dari penanganan kasus di tahun-tahun sebelumnya, yang meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan warga.

Menyadari siklus peningkatan kasus saat musim hujan, edukasi dan promosi kesehatan telah dimulai sejak dini, bahkan sebelum masa panen yang kerap membuat warga berinteraksi dengan lingkungan berisiko tinggi.

“Kami tidak berhenti melakukan promosi kesehatan. Bahkan dukungan dari lintas sektor, baik di tingkat desa maupun kecamatan, sangat aktif,”pungkasnya.

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.