Mahasiswa Beri Dukungan Moral untuk Pak Guru Parno Buntut Video Viral Soal Aksi Kades dan Perangkat Desa

oleh -12 Dilihat
BERI DUKUNGAN. Mahasiswa GMNI Pacitan memberikan dukungan kepada Suparno, guru yang videonya viral soal aksi para Kades dan Perangkat Desa. (Foto: Putro Primanto/Pacitanku)

Pacitanku.com, PACITAN – Mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Pacitan memberikan dukungan moral kepada Suparno, salah satu guru di Pacitan yang mengunggah video soal pendapat tentang aksi Kepala Desa (Kades) dan Perangkat Desa ke Jakarta.

Video berdurasi 2 menit 57 detik tersebut berisikan ungkapan seorang guru yang mengaku tidak respek terhadap perangkat desa dan kades yang beberapa waktu lalu bergantian melakukan aksi demo di Jakarta terkait sejumlah regulasi kebijakan pemerintah.

Menurut oknum Suparno, para peserta aksi, baik kades atau perangkat desa, hanya memperjuangkan nasibnya sendiri, bukan memperjuangkan kepentingan warganya serta menganggap mereka bermental buruk.

Rupanya unggahan Suparno berbuntut panjang. Selang beberapa waktu, guru tersebut dimediasi untuk meminta maaf secara terbuka akibat kontennya yang dianggap melecehka Kades dan perangkatnya. Bahkan guru tersebut sempat akan dilaporkan ke ranah hukum oleh Forum Komunikasi Perangkat Desa (FKKD) Pacitan.

Usai peristiwa itu menyeruak, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam aktivis GMNI justru turut memberikan dukungan moral pada guru tersebut. Salah satu bentuknya adalah mendatangi Parno dan memberikan piagam penghargaan kepada guru yang merupakan warga Desa Bangunsari, Pacitan itu.

“Intinya gini mas, ini suatu gerakan moral dari GMNI, bentuk ucapan terimakasih sekaligus dukungan moral kepada pak Parno, terlepas apapun status beliau, fokus kami adalah tentang apa dan bagaimana substansi dari apa yang pak Parno sampaikan,”kata Ketua GMNI Pacitan M Toni Dzikrullah, Kamis (2/2/2023) di Pacitan.

Lebih lanjut, Tonis mengutarakan, sebagai masyarakat pak Parno sebenarnya mewakili suasana kebatinan masyarakat banyak. “Menurut kami, apa yang diutarakan oleh pak parno itu sangat mewakili suasana kebatinan masyarakat banyak,”ujar dia.

Namun demikian, Tonis juga menyadari bahwa narasi yang disampaikan Parno memang memicu konflik dan perbedaan pendapat dalam demokrasi. Namun seharusnya, saling menyadari bahwa setiap manusia memiliki kebebasan untuk menyakini hal hal kebenaran.

“Kami menyadari betul, bahwa narasi yang disampikan pak Parno memang berpotensi memicu konflik, di alam demokrasi seperti ini, pro kontra itu hal biasa. Kalaupun ada kalangan yang merasa terdzolimi dengan narasi pak Parno dan merasa harus mengambil sikap dan tindakan, ya monggo, sah-sah saja,”jelas dia.

Tonis menilai, masing-masing pihak punya kebebasan untuk meyakini dan memperjuangkan nilai-nilai kebenarannya sendiri-sendiri.

“Dan apa yang kami lakukan ini adalah wujud dari upaya perjuangan mengenai apa yang kita yakini benar itu tadi. Singkat kata, ini soal keberpihakan mas. Kita tidak berpihak pada pak Parno, melainkan berpihak pada apa yang kita nilai benar,”pungkasnya.