Ini Tips Kadiskominfo Pacitan Cegah Kecemasan Berlebih Akibat Pemberitaan COVID-19

oleh -0 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Peran media massa memang sangat vital dalam menyampaikan informasi perkembangan wabah coronavirus disease 2019 (COVID-19). Namun demikian, semakin masifnya pemberitaan media, tingkat kepanikan masyarakat tentu semakin meningkat.

Karena itulah, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Pacitan, Rachmad Dwiyanto, meminta agar masyarakat tetap menjaga agar tidak stres dengan perkembangan pemberitaan media terkait COVID-19.

“Stres itu akan memicu penurunan daya tahan tubuh. Kondisi ini rentan terkena infeksi. Tidak terkecuali COVID-19, akan mudah masuk dan menyerang kekebalan tubuh seseorang,” kata pria yang juga punya keahlian sebagai apoteker ini, Kamis (26/3).

Menurut Rachmad, reaksi psikosomatik tubuh memang sangat terasa, ketika mendengar, melihat atau membaca sebuah pemberitaan terkait perkembangan virus yang dikatakan sebagai mesin pembunuh massal tersebut.

“Yang membuat timbul dari reaksi ini adalah, kecemasan yang dipicu oleh banternya pemberitaan tentang COVID-19. Amygdala atau pusat rasa cemas, sekaligus memori kita jadi semakin aktif bekerja. Akhirnya dia kadang tidak sanggup mengatasi kerja berat itu,” jelas mantan Kepala Dinas Kesehatan Pacitan ini.

Lebih lanjut, Rachmad mengungkapkan, amygdala yang bekerja berat itu, juga akan mengaktifkan saraf otonom secara berlebihan pula.

“Sehingga akan berada dalam kondisi fight or flight atau siaga terus menerus. Ketidak seimbangan ini yang akan menjadi gejala psikosomatik muncul sebagai suatu reaksi untuk siap siaga menghadapi ancaman,” jlentrehnya.

Lantas bagaimana cara untuk mereduksi psikosomatik akibat amygdala yang terlalu aktif tersebut? Menurut Rachmad, perlunya membatasi serta mengurangi Informasi terkait covid-19.

“Lakukan hal lain selain berselancar di dunia maya, lakukan hobi yang menyenangkan dan optimisme bisa melewati semua keadaan ini,” pesannya.

Sebagai informasi, amygdala merupakan tempat dimana pusat memori otak menyimpan memori tentang segala sesuatu yang pernah terjadi.

Amygdala cenderung lebih mengingat kenangan atau memori yang terkesan tidak bermakna, baik itu kenangan pahit maupun manis.

Jika amygdala menyimpan kenangan manis, itu mungkin akan menimbulkan dampak positif bagi diri seseorang.

Namun jika yang terjadi sebaliknya, tentu bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Kenangan atau memori buruk dapat menyebabkan trauma yang membuat seseorang enggan berjuang dan berusaha untuk meraih impian sesuai harapan.

Sebuah penelitian mengungkapkan, bahwa kenangan memang tidak bisa dihapus, namun persepsi seseorang terhadap suatu persoalan dapat diubah.

Persepsi itulah yang dapat mengubah amygdala menjadi sumber energi positif dan mewujudkan sebuah optimisme untuk melewati semua rintangan menuju harapan hidup yang lebih baik atau kesuksesan.

Pewarta: Yuniardi
Editor: Dwi Purnawan