Oleh: Andung Damar Sasongko*
DI ERA kepemimpinan Bupati Pacitan Indartato selama dua periode, kita mengenal program yang sangat terkenal, yaitu program gerakan terpadu menyejahterakan masyarakat Pacitan atau disingkat dengan Grindulu Mapan.
Salah satu fokus dari progam ini adalah pengentasan kemiskinan. Pada tahun 2010 lalu, prosentase penduduk miskin di Pacitan mencapai 19,50 persen, serta menempati urutan ke 32 dari 38 kabupaten/kota di Jatim. Selanjutnya pada tahun 2011, dari level 19 persen turun menjadi 18,13 persen, tahun 2012 turun menjadi 17,23 persen.
Sementara pada tahun 2013 kembali turun diangka 16,66 persen, dan pada tahun 2014 lalu berada di posisi 16,18 persen.
Terbaru, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Pacitan angka kemiskinan di Pacitan pada tahun 2018 adalah 14,19 persen atau total penduduk mencapai 78,64 ribu jiwa.
Menurut data tersebut, persentase penduduk miskin di Kabupaten Pacitan Tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 turun sebesar 1,26 poin persen, yaitu dari 15,42 persen pada tahun 2017 menjadi 14,19 persen pada tahun 2018. Namun berdasarkan data itu, rupanya Pacitan masih masuk ke dalam 10 Kabupaten/ Kota Termiskin di Jatim Versi BPS.
Pacitan berada di posisi ke -8 sebagai daerah termiskin di Jatim, bersama Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Tuban, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Bondowoso dan dan Kabupaten Lamongan.
Tentu Pak Indartato bersama jajarannya sudah sangat bekerja keras mengentaskan kemiskinan melalui berbagai program yang ada, salah satunya Grindulu Mapan.
Akan tetapi mengentaskan kemiskinan itu bukan perkara mudah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kerja kontinyu, sehingga setelah Pak In selesai menjabat sebagai Bupati di periode kedua ini, perlu kerja berkelanjutan dari Bupati berikutnya.
Melalui tulisan ini, saya memiliki gagasan agar program Grindulu Mapan ini dilanjutkan, yakni Grindulu Mapan episode ketiga.
Sebagaimana diketahui, misi pembangunan Pacitan melalui program tersebut adalah pengentasan kemiskinan, pemberdayaan Masyarakat Pacitan dan pemerataan hasil pembangunan. Lalu bagaimana implementasinya?
Tentunya harus melalui penajaman terhadap potensi dan karakteristik daerah antara lain yang pertama adalah peningkatan potensi kelautan dan perikanan.
Apa saja? Misalnya minapolitan, dimana disitu ada produksi perikanan, sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditi perikanan, pelayanan jasa dan kegiatan pendukung lainnya. Kemudian juga eco edu wisata Mangrove, saya kira perlu juga dicanangkan.
Selanjutnya yang kedua, adalah peningkatan ekonomi produktif dan kreatif. Hal ini bisa dilakukan dengan brand baru untuk fokus pada produk kreatif asli Pacitan, membuat desa Wisata tematik, membuat Pasar Wisata tematik “art centre” dan mewujudkan Gedung Galeri Pacitan.
Yang ketiga dan menjadi salah satu andalan Pacitan adalah peningkatan industri pariwisata. Hal ini bisa dilakukan dengan menjadikan pariwisata di kabupaten pacitan menjadi industri pariwisata, hal.ini nemungkinkan untuk dilakukan karena Pacitan memiliki potensi wisata yang luar biasa, antara lain wisata bahari, wisata purbakala, wisata sejarah, wisata religi dan wisata rekreasi.
Masih dalam konteks kepariwisataan, untuk nemberikan gambaran kepada wisatawan, diperlukan transparansi informasi mengenai kepariwisataan di Pacitan, sehingga wisatawan dapat memilih potensi obyek wisata dan waktu berkunjung untuk menikmati obyek pariwisata, dikarenakan lokasi wisata yang menyebar diperlukan terobosan untuk pemasarannya.
Atas hal itu, perlu dilakukan upaya, antara lain , dengan melakukan tracking wisata, dan paket-paket wisata, Sedangkan peran penerintah adalah membantu pengembangan desain desain kreatif yang mampu merepresentasikan kekhasan Pacitan, menyosialisasikan produk yang dihasilkan dan memperluas jaringan atau networking untuk mendanai dan memasarkan potensi daerah.
Saya berharap Bupati Pacitan setelah Pak In bisa melanjutkan konsep ini. Karena program yang dicanangkan Grindulu Mapan episode ketiga dengan penjabaran seperti diatas butuh kerja keras dan kerja cerdas dari para pemimpin di Pacitan.
Semoga Pacitan kedepan semakin maju dan berkembang, kemiskinan dientaskan, masyarakatnya bisa lebih sejahtera.
* Penulis adalah putra asli Pacitan, saat ini menjabat di BUMN sebagai General Manager Depkon II PT Hutama Karya, Andung juga menjadi arsitek di sejumlah proyek besar di tanah air, salah satunya Masjid Agung Jawa Tengah