Khidmatnya Prosesi Alur “Tirto Wening” dan “Ngunjuk Rucuh Pace” Hajatan ke-274

oleh -18 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Prosesi upacara adat dalam rangka puncak Hari Jadi Pacitan ke-274 digelar penuh khidmat pada Selasa (19/2/2019). Prosesi puncak tersebut adalah Alur “Tirto Wening” dari Desa Sukoharjo Kecamatan Pacitan dan “Rucuh Pace” dari Desa Nanggungan.

Keduanya, tirta wening dan rucuh pace masing-masing dibawa oleh Kepala Desa masing-masing yakni Kepala Desa Sukoharjo dan Kepala Desa Nanggungan menuju ke Pendopo Kabupaten Pacitan.

Sebelum prosesi tersebut digelar, Bupati Pacitan bersama istri dan para kepala OPD setempat berjalan menuju tempat prosesi jalannya upacara di Pendopo Kabupaten dengan diiringi Cucuk Lampah atau pembuka jalan.

Setelah duduk dan dibuka oleh pembawa acara, prosesi dilanjutkan dengan iring-iringan pembawa Tirto Wening dan Rucuh Pace ke Pendopo Kabupaten, masing-masing melalui pintu sisi barat dan pintu timur halaman Pendopo.

Tidak seperti dua tahun sebelumnya yakni menggunakan barisan prajurit pengiring, pada tahun 2019 ini juga digelar prosesi dengan cara sederhana. Kostum yang dikenakan para undangan hanya baju beskap warna hitam. Mereka pun hanya berasal dari pejabat dan tokoh masyarakat dilingkup kabupaten.

Untuk diketahui, agenda Tirto Wening sebagai rangkaian inti puncak peringatan Hari Jadi Pacitan (Hajatan) ke-274.

Upacara adat Tirto Wening dan Rucuh Pace ini masuk dalam rangkaian acara inti sejarah panjang Kabupaten Pacitan di desa cikal bakal Pacitan. Pacitan diketahui berasal dari dua desa yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Kota Pacitan yaitu Desa Nanggungan dan Desa Sukoharjo.

Pacitan sendiri terambil dari kata Pace dan Ketan yang berasal dari Desa Nanggungan. Saat prosesi Tirto Wening dan rucuh pace digelar, Bupati Pacitan dan istri dibasuh tangan dan kakinya menggunakan tirto wening. Sementara untuk rucuh yang dibawa dari Desa Nanggungan diminum Bupati.

Dalam prosesi alurnya, di Desa Sukoharjo Kecamatan diadakan ritual pengambilan air di sumur njero yang biasa disebut Ritual Tirto Wening. Sumur njero adalah sumur peninggalan Tumenggung Notopuro yang selalu digunakan dalam hari jadi Pacitan, sumur ini digunakan hanya setahun sekali, setiap diadakan Ritual Tirto Wening tersebut.

Bukan sembarangan ritual, proses pengambilan air dalam sumur njero haruslah didampingi juru kunci. Dalam prosesinya pun harus dimulai tepat pukul 24.00 WIB. Air yang diambil dari sumur akan diletakkan dalam kendhi, kemudian dibawa dan diberikan kepada Bupati Pacitan di Pendopo Kabupaten Pacitan.

Pada edisi kali ini, prosesi hari jadi Pacitan juga diiringi berbagai hiburan, diantaranya Tari Bedoyo, Sendra Tari Babat Kalak dan tampilan Sekar Aji Pinilih. Dalam kesempatan tersebut, Bupati juga menyerahkan secara simbolis 12 wayang kulit yang akan dipentaskan di 12 kecamatan di Pacitan, sebagai rangkaian Hari Jadi Pacitan.