Punung Juara Umum Festival Kothekan Lesung 2015

oleh -0 Dilihat

Pacitanku.com, PACITAN – Kontingen kecamatan Punung berhasil keluar sebagai juara umum festival olahraga dan seni Kothekan Lesung yang digelar oleh federasi olahraga rekreasi dan masyarakat Indonesia (FORMI) Kabupaten Pacitan, Sabtu (19/12/2015) malam WIB di Komplek Pendopo Kabupaten Pacitan.

Punung berhasil meraih juara umum setelah menyabet tiga kategori sekaligus, yakni penata tari terbaik, penata musik dan penyaji terbaik, sehingga berhak mendapatkan trofi bergilir bupati Pacitan.

Adapun kecamatan lain yang berhasil meraih prestasi adalah kecamatan Arjosari yang meraih vocal terbaik, kemudian Ngadirojo, Tegalombo, Pacitan dan Donorojo yang berhasil meraih penayaji terbaik non rangking.

Dalam sambutannya, Ketua FORMI Pacitan, Hj Luki Tri Baskorowati Indartao berharap agenda yang digelar dalam rangka peringatan hari Ibu ke 87 ini bisa memupuk semangat persatuan dan mencintai budaya daerah. Dalam kesempatan tersebut, Luki yang juga istri Bupati Indartato tersebut sekaligus membuka acara yang dilihat ratusan masyarakat Pacitan itu.

Inspirasi dari Kothekan Lesung ini sendiri adalah terdiri dari berbagai unsur, yakni unsur kesenian, unsur gotong royong dan kerukunan dan tentunya nilai kebudayaan lokal.


12 peserta yang semuanya adalah pelajar dari 12 kecamatan di Pacitan menampilkan atraksi yang lucu dan menarik. Itulah kesan kuat yang terlihat di atas panggung saat para pegiat seni pukul lesung ini menampilkan atraksinya.

Kelucuan yang menghibur terlihat dari gerak tangan dan badan para peserta tersebut yang mengikuti alunan kotekan lesu yang ditabuh bertalu-talu. Adapun, sejarah Kothekan lesung bisa disebut sebagai tradisi masyarakat agraris. Kotekan lesung tak dapat dipisahkan dengan kegiatan para petani menumbuk padi.

Kotekan lesung pada awalnya merupakan kegiatan santai sekadar untuk bersenandung di saat-saat jeda menumbuk padi. Kreativitas tersebut terus berkembang bukan sekadar untuk mengusir kejenuhan dan keletihan, tapi terus berkembang menjadi simbol kegiatan sosial masyarakat agraris.

Di Pacitan sendiri, Kotekan lesung diawali dari Ammos, yang merupakan cikal bakal seni kothekan lesung di Pacitan. Ammos telah berkembang di seluruh kecamatan di Pacitan,Kesenian tradisional kothekan lesung tumbuh dan berkembang ditengah-tengah kehidupan agraris, yang masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani.

Dulu masyarakat pedesaan apabila menumbuk padi dalam jumlah besar dilakukan secara gotong royong atau sambatan. Sambil menumbuk padi mereka bermain musik dengan lesung yang disebut kothekan. Kothekan lesung dimainkan dengan dengan alat pertanian yang bernama lesung. Lesung adalah alat penumbuk padi tradisional yang terbuat dari kayu dan tengahnya dilubangi, dengan alat tumbuknya berupa alu/ antan.

Aktivitas menumbuk padi dilakukan oleh kaum perempuan atau ibu-ibu pada umumnya. Ketika padi telah dituai, masyarakat melakukan proses penumbukan padi, kemudian dimasak untuk dimakan bersama keluarga. Kothek adalah pukulan alu terhadap lesung yang menghasilkan suara atau bunyi yang merdu, sehingga terciptalah seni dari kothekan yang disebut dengan kothekan lesung. (RAPP002)

Keterangan Foto: Kontingen Punung yang menjadi juara umum Kothekan Lesung 2015. (Foto: Ronny Wahyono)