Lentera Bambu Desa Klesem Curi Perhatian dalam Festival Ronthek Pacitan 2025

oleh -283 Dilihat
Salah satu penampilan yang mencuri perhatian datang dari Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung, yang dengan apik mengangkat tema "Pring" atau bambu. (Foto: Sulthan Shalahuddin/Pacitanku.com)

Pacitanku.com, PACITAN – Festival Ronthek Pacitan kembali memukau khalayak, menjadi panggung megah bagi geliat kreativitas dan kearifan lokal.

Salah satu penampilan yang mencuri perhatian datang dari Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung, yang dengan apik mengangkat tema “Pring” atau bambu.

Lebih dari sekadar pameran seni, penampilan pada Senin (7/7/2025) malam ini sarat akan makna filosofis yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Bambu, yang akrab disebut “Pring” dalam khazanah Jawa, tak hanya dipilih sebagai simbol alam belaka. Ia menjelma menjadi cerminan perjalanan hidup manusia, sebuah metafora yang menawan.

“Dalam budaya Jawa, bambu mencerminkan ketangguhan dan kebijaksanaan. Ia tumbuh cepat dan kokoh, namun tetap lentur menghadapi terpaan angin. Ini mengajarkan kita pentingnya keluwesan, daya juang, dan kerendahan hati meski berada di puncak keberhasilan,”kata Novel, pelatih Ronthek Desa Klesem Kebonagung.

Di Desa Klesem sendiri, bambu bukanlah sekadar tanaman. Ia adalah bagian tak terpisahkan dari denyut keseharian, hadir dalam fungsi praktis sebagai bahan bangunan dan kerajinan, hingga meresap dalam nilai filosofis yang mengakar kuat sebagai simbol kembalinya manusia kepada asal-muasalnya.

Meskipun sempat dihadapkan pada kendala cuaca yang kurang bersahabat, semangat tim rontek Desa Klesem tak surut.

Dengan kegigihan dan kerja sama yang solid, latihan intensif selama kurang lebih satu bulan berhasil mereka tuntaskan.

“Kami sangat berharap Festival Rontek Pacitan terus dilestarikan, diinovasi, dan dikembangkan. Penting kiranya festival ini dapat kembali diramaikan dengan kategori desa seperti sebelum pandemi COVID-19. Hal ini tentu akan mendorong antusiasme yang lebih besar dari para penikmat seni,” imbuh Novel dengan penuh harap.

Partisipasi Desa Klesem dengan tema “Pring” ini menjadi pengingat yang kuat bahwa seni tradisi bukanlah semata hiburan. Lebih dari itu, ia adalah sarana vital untuk merawat filosofi hidup yang abadi, sebuah warisan tak ternilai yang terus relevan melintasi generasi.

Penampilan Desa Klesem adalah bukti nyata bagaimana sebuah pertunjukan dapat menjadi jembatan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan, membawa pesan-pesan luhur yang tak lekang oleh waktu.

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.