Pacitanku.com, PACITAN – Festival Ronthek Pacitan 2025 memasuki hari ketiga dengan penampilan memukau dari Desa Sobo, Kecamatan Pringkuku, yang sukses meraih predikat penyaji terbaik.
Pertunjukan bertajuk “Ronthek Rancak Bumbung” ini berhasil memukau dewan juri dengan kisah “Tilas Talesan” yang mendalam.
Penampilan “Ronthek Rancak Bumbung” yang mewakili Kecamtan Pringkuku mengangkat tema “Tilas Talesan,” sebuah penggambaran komprehensif mengenai kehidupan masyarakat petani talas di Gunung Talesan pada masa lampau.
Narasi yang dibawakan merefleksikan sejarah, mitos, dan spiritualitas luhur masyarakat setempat.
Kisah “Tilas Talesan” menceritakan perjuangan para petani talas di Gunung Talesan dalam menghadapi ancaman hama babi hutan atau celeng.
Upaya pengusiran hama ini dilakukan dengan membunyikan kentongan secara ritmis, sebuah tradisi yang kemudian melahirkan mitos Dewi Limaran, perwujudan dari hama celeng yang diyakini bersemayam di gunung tersebut.
Pertunjukan ini semakin hidup dengan penggunaan properti panggung berupa pohon talas, pemeran hama celeng, serta para pembawa kentongan yang secara energik mengusir celeng-celeng tersebut.

Makna utama yang ingin disampaikan melalui “Tilas Talesan” adalah semangat persatuan dan gotong royong masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan desa.
Menurut Camat Pringkuku, Suwoto, pertunjukan ini melibatkan sekitar 60 peserta yang terdiri atas pemuda dan masyarakat Desa Sobo.
“Kami bersatu, bergotong royong, ‘nyawiji’ bagaimana untuk mengangkat kesejahteraan dari desa setempat,”ungkap Suwoto.
Meski demikian, Suwoto mengakui adanya tantangan selama proses latihan yang memakan waktu sekitar 30 pertemuan.
“Kendala itu staminanya mereka, kalau staminanya turun salah satu ya kurang,” jelasnya.
Namun, Suwoto menegaskan bahwa kekompakan tim menjadi kunci utama dalam mengatasi hambatan tersebut.
Suwoto juga menyampaikan harapannya agar Festival Ronthek ini dapat mengangkat kebudayaan Pacitan yang telah menjadikan ronthek sebagai bagian integral.
“Dengan adanya Festival Ronthek ini bisa mengangkat budaya Pacitan, yang memang Ronthek sudah menjadi budaya Pacitan,”ujarnya.
Ia juga berharap festival ini mampu mengangkat potensi dan cerita rakyat dari masing-masing desa perwakilan, sehingga kebudayaan lokal dapat terus berkembang.
“Secara bergilir mereka mempunyai bakat atau cerita rakyat sehingga nanti budayanya akan berkembang,”pungkas Suwoto.