Pacitanku.com, PACITAN – Gelaran Festival Ronthek Pacitan 2025 kembali menyuguhkan penampilan istimewa pada hari ketiga, Senin (7/7/2025) dengan Grup MA Al Anwar menampilkan sajian seni bertajuk “Ronthek Aksoro.”
Pertunjukan ini bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah eksplorasi mendalam atas kekayaan budaya pesantren dan sejarah perjuangan KH. Khariri, pendiri Pondok Pesantren Al Anwar.
“Ronthek Aksoro” merupakan perpaduan berbagai genre kesenian santri, mewujudkan eksplorasi budaya kolaborasi bunyi-bunyian sebagai media syiar.
Pertunjukan ini memadukan ritme tabuhan bambu ronthek dengan alunan hadroh yang harmonis, menciptakan irama yang nyaman didengar.
Bedug dan gong turut menjadi elemen karakter penting, menyelaraskan seni pencak silat dalam alur sejarah perjuangan KH. Khariri.
Sunan Sumur (Endro), pelatih grup MA Al Anwar, menjelaskan bahwa konsep utama “Ronthek Aksoro” adalah mengangkat budaya pesantren yang berakar dari sejarah Pondok Pesantren Al Anwar itu sendiri.
“Sejarah Al Anwar itu dibuat atau lahir dari eksistensi KH. Khariri. Mbah Khariri memulai syiarnya itu dari aktivitas kanuragan,” ujar Endro.
Dia menambahkan bahwa ilmu kanuragan inilah yang kemudian menjadi ladang syiar bagi Mbah Khariri, bermula dari sebuah surau kecil di Ploso, hingga membentuk paguyuban pencak silat bagi anak-anak muda yang kemudian berkembang menjadi pesantren kecil.
Dari sinilah, ide “Ronthek Aksoro” muncul.
“Dari situlah Mbah Khariri ingin terbuka untuk mengembangkan sebuah konsep tentang pendidikan lewat pondok pesantren. Nah, konsep ini yang kemudian kita visualisasikan dalam satu bentuk untuk mengejawantahkan dari sejarah Mbah Khariri memulai melahirkan pondok pesantren ini,” papar Endro.
Penampilan ini lebih memfokuskan pada bunyi-bunyi suasana daripada irama, dengan menonjolkan dramatikanya.
“Konsep kita lebih pada dramatis, jadi dramatikalnya yang kita munculkan. Jadi kita mulai dari visual perform-nya adalah visual-visual silat,” jelas Endro.
Alat-alat bunyi yang digunakan pun merupakan alat-alat tradisi dari budaya Ngabehi.
Mengusung tema “Nderek Mbah Kyai,” pertunjukan ini divisualisasikan dengan properti utama berupa surau sebagai latar belakang, melambangkan tempat awal syiar Mbah Kyai Khariri. Antusiasme para santri dalam mempersiapkan dan mementaskan “Ronthek Aksoro” sangat tinggi.
“Karena yang kita sampaikan kepada siswa bahwa kita tidak hanya melakukan tontonan tapi membuat tontonan yang sekaligus menjadi tuntunan. Ini yang membuat anak-anak menjadi antusias karena tidak jauh dari dunia mereka, yaitu dunia pesantren yang kita visualkan. Otomatis antusiasnya lebih kuat,” ungkap Endro.
Sebagai penutup, Endro menyampaikan harapan besar terhadap perkembangan MA Al Anwar di masa mendatang.
“Harapan kami, semoga Al Anwar ke depannya tetap mampu mengelaborasi tentang perubahan dan dinamika zaman yang pijakannya adalah tetap pada nilai-nilai dan budaya pesantren,”pungkasnya.