Pacitanku.com, PACITAN – Kabar gembira datang dari sektor peternakan Pacitan. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) setempat mengklaim nihil penambahan kasus baru Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Keberhasilan ini menjadi momentum bagi DKPP untuk semakin memperketat pengawasan kesehatan hewan, khususnya menjelang perayaan Iduladha yang tinggal menghitung hari.
Kepala DKPP Pacitan, Sugeng Santoso, tak dapat menyembunyikan rasa syukurnya.
“Alhamdulillah, saat ini sudah tidak ada penambahan kasus PMK di Pacitan,”ujarnya, Senin (26/5/2025) di Pacitan.
Seiring kabar baik ini, dia juga menyampaikan bahwa sesuai arahan Bupati dan DPRD, pemerintah daerah akan memberikan kompensasi bagi para peternak yang ternaknya mati dan terpaksa dikubur akibat wabah PMK beberapa waktu lalu.
Berdasarkan data yang dipaparkan Sugeng, dari total 1.518 kasus hewan yang terjangkit PMK di Pacitan, sebanyak 198 ekor mati dan telah dikubur, sementara 74 ekor lainnya terpaksa dipotong paksa sebelum mati. Sisanya, mayoritas hewan yang terdampak berhasil disembuhkan.
“Dari total kasus tersebut, insyaallah yang akan mendapatkan kompensasi dari pemerintah pusat dan daerah kurang lebih 170 ekor,” jelas Sugeng.
Kendati demikian, dia menambahkan bahwa kompensasi tersebut akan dibatasi maksimal dua ekor per peternak, sekalipun jumlah ternak yang mati lebih dari itu.
Menyambut Iduladha, DKPP Pacitan tidak tinggal diam. Sebuah tim khusus yang terdiri dari petugas kesehatan dan dokter hewan telah dibentuk dan akan dimobilisasi ke 12 kecamatan.
Tugas utama mereka adalah memantau secara langsung kondisi kesehatan dan memastikan kelayakan hewan yang akan dijadikan kurban.
“Mekanisme pemeriksaan akan kami lakukan secara proaktif. Masyarakat bisa menghubungi petugas kami untuk melakukan pengecekan kesehatan hewan kurban sebelum disembelih,” terang Sugeng.
Tak hanya itu, tim juga akan terjun langsung ke pasar-pasar hewan di berbagai titik saat hari pasaran untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Meskipun izin mobilitas ternak telah dikeluarkan, Sugeng mengakui adanya tantangan dalam memantau pergerakan hewan secara keseluruhan, mengingat banyaknya jalur tidak resmi atau “jalan tikus”.
“Untuk itu, pos-pos kesehatan hewan di beberapa wilayah perbatasan akan kami maksimalkan fungsinya untuk memantau lalu lintas ternak, meski kami sadari tidak bisa 100% terkontrol,” imbuhnya.
Selain pengawasan fisik, edukasi kepada peternak dan masyarakat terus digencarkan. Petugas DKPP aktif memberikan penyuluhan mengenai praktik beternak yang baik, termasuk pentingnya menjaga kebersihan kandang dan pemberian vitamin secara rutin untuk meningkatkan imunitas ternak.
Langkah preventif ini diharapkan dapat mencegah terulangnya wabah PMK.
Pengawasan ketat terhadap lalu lintas ternak menjadi prioritas utama DKPP Pacitan saat ini. Upaya ini krusial untuk meminimalkan risiko kembalinya wabah PMK yang dapat melumpuhkan sektor peternakan.
Dalam menjalankan tugasnya, DKPP bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk Anggota DPRD, Polri, Kodim, serta perangkat kecamatan hingga desa.
Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan mampu menciptakan sistem pengawasan yang lebih efektif dan responsif di seluruh penjuru Pacitan.
Belajar dari pahitnya pengalaman wabah PMK, Sugeng Santoso sangat mengharapkan partisipasi aktif dari peternak dan masyarakat.
Dia mengimbau agar peternak proaktif dalam program vaksinasi dan kooperatif dengan petugas di lapangan.
“Karena faktanya, masih ada beberapa wilayah yang peternaknya belum berkenan ketika hewan ternaknya akan divaksinasi. Sikap seperti ini tentu berpotensi memunculkan kembali kasus PMK,”pungkasnya.