BMKG Prediksi Puncak Kemarau 2025: Siaga Kekeringan, Awas Karhutla

oleh -462 Dilihat
Salah satu titik di Pacitan, tepatnya di Kecamatan Tegalombo saat musim kemarau. (Foto: Dok. Pacitanku)

Pacitanku.com, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau di Indonesia pada tahun 2025 akan terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus.

Sementara itu, awal musim kemarau di sebagian besar wilayah diprediksi akan tiba pada periode yang sama atau sedikit tertunda dari kondisi normal.

“Jika dibandingkan dengan rata-rata klimatologi (periode 1991-2020), awal musim kemarau 2025 di Indonesia diperkirakan akan tiba tepat waktu di 207 zona musim (30%), terlambat di 204 zona musim (29%), dan lebih awal di 104 zona musim (22%),”ungkap Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers di Jakarta, pertengahan Maret 2025.

Dwikorita menjelaskan bahwa wilayah yang diprediksi mengalami awal musim kemarau sesuai dengan kondisi normal antara lain Sumatera, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Utara, sebagian Maluku, dan sebagian Maluku Utara.

Sementara itu, wilayah yang diprediksi mengalami awal musim kemarau yang terlambat adalah Kalimantan bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku Utara, dan Merauke.

Secara umum, BMKG memprediksi musim kemarau 2025 akan bersifat normal di 416 zona musim (60%), di atas normal (lebih basah) di 185 zona musim (26%), dan di bawah normal (lebih kering) di 98 zona musim (14%).

Wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau normal meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa bagian Timur, Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, dan sebagian besar Pulau Papua.

Wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau di atas normal antara lain sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian Barat dan Tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan Papua bagian Tengah.

Sementara itu, wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau di bawah normal adalah Sumatera bagian utara, sebagian kecil Kalimantan Barat, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, dan Papua bagian selatan.

“Puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025,” terang Dwikorita.

BMKG juga memantau dinamika atmosfer-laut pada tahun 2025. Fenomena La Niña di Samudra Pasifik telah bertransisi menjadi fase ENSO Netral, sementara Indian Ocean Dipole (IOD) di Samudra Hindia juga berada dalam fase Netral.

Kedua fenomena ini diprediksi akan tetap berada dalam fase Netral sepanjang musim kemarau 2025.

“Dengan kondisi iklim normal tanpa pengaruh kuat dari ENSO dan IOD, musim kemarau tahun ini diperkirakan mirip dengan tahun 2024,”ujar Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan.

BMKG mengimbau berbagai sektor untuk bersiap menghadapi musim kemarau 2025. Sektor pertanian perlu menyesuaikan jadwal tanam dan memilih varietas tahan kekeringan.

Sektor kebencanaan perlu meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kebakaran hutan dan lahan. Sektor lingkungan perlu mewaspadai kualitas udara yang memburuk.

Sektor energi perlu menghemat dan mengelola pasokan air secara efisien. Dan sektor sumber daya air perlu mengoptimalkan sumber air alternatif.

“Informasi prediksi musim kemarau 2025 ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam mendukung program pembangunan melalui optimalisasi kondisi iklim,”pungkas Dwikorita.

Meski sudah mulai masuk musim kemarau, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, memprediksi potensi hujan masih akan melanda beberapa wilayah Indonesia pada periode 4-10 April 2025.

Hal ini dipengaruhi oleh fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, Low Frequency, sirkulasi siklonik, dan konvergensi.

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.