Pacitanku.com, PUNUNG – Di tengah keramaian Pasar Margo Mulyo Punung, Pacitan, destinasi wisata menjadi incaran para pencinta makanan sejak pagi buta.
Lontong pecel Dayati, demikian orang mengenalnya, telah menjelma menjadi primadona yang tak pernah sepi antrean di setiap hari pasarannya.
Tentu, bagi Anda yang ingin mencicipi lontong pecel khas daun jati yang laris manis ini, pastikan datang lebih awal agar tidak kehabisan.
Lalu apa kelebihan lontong Pecel Dayati ini?
Hanya dengan Rp5.000 per porsi, lontong pecel ini menyajikan harmoni sempurna antara lontong yang lembut, sayuran segar, dan bumbu pecel “medhok” racikan sendiri. Cita rasanya yang khas dan harganya yang bersahaja membuat siapa pun yang mencicipinya ingin kembali lagi.
Setiap hari pasaran Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing, Dayati sudah mulai menjajakan dagangannya sejak pukul 07.30 pagi.
Namun, bagi siapa pun yang datang setelah pukul 11.00 WIB siang, siap-siap gigit jari karena lontong pecel ini hampir selalu ludes lebih cepat dari perkiraan.
“Biasanya mulai jualan jam setengah 8 pagi sampai jam 11, tapi seringnya sebelum jam 11 sudah habis,” tutur Dayati, Minggu (16/02/2025), saat diwawancarai tim Journalism Internship Program (JIP) Pacitanku.com.
Hampir setiap hari, lontong pecel ini diserbu pembeli hingga tak bersisa, bahkan terkadang hanya tersisa satu atau dua lonjor lontong saja.
Keistimewaan lontong pecel ini terletak pada bumbu pecelnya yang “medhok” atau kaya rasa. Dayati mengaku meracik sendiri bumbu pecelnya dengan komposisi bahan yang pas.
“Bumbu pecelnya saya buat sendiri biar beda dari yang lain. Dulu sempat gagal, tapi akhirnya menemukan takaran yang pas,”ungkapnya.
Tak hanya rasanya yang khas, lontong pecel ini juga menggunakan daun jati sebagai alas dan daun pisang untuk membungkus lontong. “Daun jati dan daun pisangnya memberikan aroma khas yang tidak bisa didapatkan dari bungkus lain”imbuh Dayati.
Berawal dari coba-coba, Dayati pertama kali menjual lontong pecel hanya saat Lebaran. Namun, karena banyak pelanggan yang meminta agar ia terus berjualan, akhirnya usaha ini terus berlanjut hingga sekarang.
“Awalnya hanya mencoba jualan waktu lebaran, tapi ternyata banyak yang suka. Mereka bertanya kenapa tidak jualan terus, ya sudah saya lanjutkan sampai sekarang,” kenangnya.
Tak hanya terkenal di Pacitan, bumbu pecel Dayati juga telah merambah ke luar daerah, bahkan hingga mancanegara. Ada yang membelinya untuk dikirim ke Jakarta, Bengkalis, dan Jepang.

“Ada pelanggan yang memesan bumbu pecel satu kilogram untuk dibawa ke Jepang, dengan permintaan khusus lomboknya hanya satu biji saja. Kadang kalau ada yang pulang kampung, mereka juga sengaja memesan bumbu pecel untuk dibawa ke perantauan,”kata Dayati dengan bangga.
Untuk memenuhi permintaan pelanggan yang semakin tinggi, Dayati menjual bumbu pecel dalam tiga varian, yaitu sedang, pedas, dan pedas “bledek” dengan harga Rp50.000 per kilogram.
Tak hanya lontong pecel, Dayati juga menyediakan kupat tahu, bubur, dan es dawet segar yang tak kalah digemari. Bahkan, ia juga menerima pesanan sate untuk berbagai acara hingga nasi kotak untuk keperluan hajatan atau acara khusus.
Dalam sehari, Dayati bisa menjual sekitar 130 porsi lontong pecel pada hari Wage, Kliwon, dan Legi. Sementara pada hari Pahing, jumlahnya bisa mencapai 160 porsi karena hari tersebut merupakan hari pasaran yang lebih ramai.
“Kalau hari biasa habis sekitar 130 porsi, tapi kalau Pahing bisa sampai 160 porsi. Beras yang saya pakai juga beda, hari biasa 5 kilogram, kalau Pahing bisa sampai 10 kilogram. Bumbu pecelnya juga lebih banyak, hari biasa 5 kilogram, kalau Pahing sampai 8 kilogram”katanya lagi.
Dengan harga Rp5.000 per porsi, omzet yang didapat dari lontong pecel ini cukup menggiurkan. Tak heran jika Dayati tetap semangat menjaga kualitas dan cita rasa yang melegenda.
Selain menjaga kualitas, Dayati juga punya strategi unik dalam menarik pelanggan.
“Kalau antre panjang, biasanya saya ajak ngobrol atau bercanda biar tidak jenuh. Jadi, mereka menunggu pun tidak terasa,” ujarnya sambil tersenyum ramah.
Bahkan, beberapa pelanggan rela menunggu Dayati merebus sayurannya yang habis saking ketagihannya dengan cita rasa lontong pecelnya. Bagi Dayati, kualitas bahan adalah kunci utama untuk menjaga kepuasan pelanggan.
“Saya selalu memastikan sayurannya segar dan bumbu pecelnya fresh,”tandas Dayati.
Tak hanya ramai di pasar, lontong pecel ini juga sering dipesan untuk berbagai acara.
“Biasanya sekolah, posyandu, pengajian, acara lansia, dan bahkan acara keluarga juga sering memesan lontong pecel ini,” ungkapnya.
Di tengah kesuksesannya, Dayati tetap rendah hati dan berharap usahanya semakin berkembang dan pelanggannya semakin banyak.
“Harapannya usaha ini semakin lancar, lebih banyak pelanggan, dan semakin dikenal orang,”pungkasnya.