Pacitanku.com, PACITAN – Sejumlah penggiat pariwisata di kabupaten Pacitan, tuntut cabang dinas pendidikan untuk segera mengklarifikasi pernyataannya tentang meningkatnya perilaku asusila pelajar karena maraknya hotel dan homestay di tempat wisata.
Pernyataan kontroversial yang diucapkan oleh Suhendro, Kepala Seksi SMK Cabdindik Jawa Timur di Pacitan membuat sejumlah obyek wisata di Pacitan sepi.
Menurut Soni, penggiat wisata, pernyataan Suhendro sangat tidak tepat dan tidak seharusnya diucapkan oleh seorang pegawai kantor cabang dinas pendidikan.
Meningkatnya perbuatan asusila pelajar bukanlah serta merta berawal dari faktor pariwisataa.
“Lucu saja, asusila pelajar meningkat kok pariwisata disalahkan.malah menanyakan perijinan hotel dan homestay, lah itu namanya lempar batu sembunyi tangan,”kata Soni, Selasa (21/05/2024).
Sementara itu, Suharyanto penggiat pariwisata menambahkan, pernyataan Cabdin dianggap merusak reputasi Pariwisata Pacitan yang sampai sekarang tengah berusaha bangkitkan destinasi wisata demi meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
“Cabdin itu Coba berkaca, jangan malah salahkan pariwisata. Cabdin evaluasi diri, bagaimana perannya dalam dampingi pelajar hingga kasus asusila meningkat.kok malah cari alasan lain,”paparnya.
Menanggapi peristiwa tersebut, Aliansi Pemuda Pacitan Bersatu (APPB), seperti yang diberitakan oleh beberapa media, mendesak Cabdin Pendidikan bertanggung jawab atas pernyataan yang menyebut tren perilaku asusila pelajar terjadi akibat faktor perijinan hingga pariwisata.
APPB mengatakan bahwa pernyataan yang disampaikan Cabdin tidak etis disampaikan dan tidak patut. Cabang Dinas Pendidikan Jawa Timur Wilayah Pacitan dituntut segera mengevaluasi kinerjanya, .
Aliansi Pemuda, Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa bersama penggiat wisata Pacitan mendesak Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur untuk melakukan evaluasi kinerja sistem pengawasan sekolah dan pembinaan terhadap pelajar yang masih kurang masif, bahkan meminta mencopot jabatan Indiyah selaku Kacabdin Pendidikan Jatim di kabupaten Pacitan yang tak bisa bekerja dan cenderung menyalahkan orang lain.