Akses Terkendala, Warga Kedungbendo Berharap Pemkab Bangun Jembatan Permanen

oleh -14 Dilihat
MELINTAS. Seorang warga melintas di jembatan sederhana untuk mencari rumput di Desa Kedungbendo, Arjosari, Pacitan. (Foto: Sulthan Shalahuddin)

Pacitanku.com, ARJOSARI – Warga Desa Kedungbendo, Kecamatan Arjosari berharap kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pacitan membangun jembatan permanen untuk meningkatkan perekonomian di kawasan tersebut.

Pasalnya sejak beberapa tahun terakhir, warga setempat hanya mengandalkan jembatan sesek sederhana yang terbuat dari anyaman bambu dengan kondisi memprihatinkan.

Kepala Desa Kedungendo Sugianto mengatakan jembatan gantung permanen rusak sejak tiga tahun belakangan. Jembatan itu sebelumnya sudah dibangun untuk akses lintas perekonomian dan anak sekolah sebelum akhirnya rusak tiga tahun lalu.

“Usai kejadian bencana alam tahun 2017 lalu, jembatan sempat rusak dan oleh pihak Pemerintah sudah di adakan pengerjaan perbaikan, namun selang 1 tahun kemudian terjadi kerusakan pada Jembatan, terjadi kemiringan karena ada keretakan di ujung talud jembatan,”ujarnya, baru-baru ini.

Pihak desa, kata Sugianto, kemudian mengusulkan diperbaiki dan akhirnya diperbaiki. Namun kemudian tiga bulan berselang rusak lagi hingga 3 kali dikerjakan. “Sampai saat ini Jembatan itu belum ada kejelasan kelanjutan pembangunannya lagi,”ungkapnya.

Selama ini, Sugianto mengatakan pihaknya sering menanyakan terkait kelanjutan pembangunan Jembatan Kedungbendo tersebut. Bahkan dalam rapat Musrenbang dirinya selalu menyampaikan agar secepatnya pembangunan jembatan dikerjakan.

“Kasihan warga jika musim penghujan harus memutar melewati tepi sungai untuk menjangkau jembatan yang diperkirakan sejauh tiga kilometer, bahkan saya sendiri juga rumahnya diseberang sungai Grindulu, jika akan kekantor Balai Desa pun harus memutar sejauh 3 Kilometer disaat musim penghujan,”jelas Kades.

Terpisah, salah satu warga setempat, Subakir mengatakan jembatan gantung permanen yang pernah ada di kawasan itu merupakan akses utama warga dan akses anak sekolah di tiga dusun, yakni Dusun Banyuanget, Dusun Ngasem dan Dusun Jati.

Subakir mengatakan setelah jembatan permanen rusak, warga berusaha membuat jembatan sesek darurat yang terbuat dari anyaman bambu secara swadaya.

“Yang lebih memprihatinkan lagi, jika musim penghujan dan air memenuhi sungai Grindulu, warga 3 Dusun harus memutar sejauh 3 kilometer untuk bisa sampai di jalan raya,”ujarnya, Jumat (23/6/2023).

Yang cukup miris lagi, Subakir mengungkapkan pada setiap dua bulan sekali, warga setempat bekerja bakti untuk memperbaiki jembatan sesek dan menganyam bambu agar kendaran roda dua bisa lewat di jembatan tersebut.

Atas kondisi itu, Subakir mengatakan jembatan permanen menjadi keinginan warga Desa Kedungbendo untuk menunjang perekonomian, pendidikan dan kesehatan di tiga dusun tersebut.

Subakir mengatakan pihaknya sudah beberapa kali mengusulkan ke pihak Pemerintah Desa (Pemdes) setempat untuk dilanjutkan ke stakeholder terkait. Namun, kata dia, sampai saat ini belum ada perbaikan jembatan permanen di kawasan itu.

Dalam waktu dekat, Subakir yang juga Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) bersama tokoh masyarakat Kedungbendo akan bersilahturahmi untuk mengajukan permohonan hearing bersama DPRD Kabupaten Pacitan.

Rencananya jika hearing disetujui, Subakir akan menanyakan kejelasan dan tindak lanjut terkait proyek pembangunan Jembatan Gantung Desa Kedungbendo yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) tahun anggaran 2018.

“Harapan kami warga Desa Kedungbendo segera dibangun serta dapat dianggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Kabupaten Pacitan tahun anggaran 2023 ini,”pungkasnya.