Ceprotan, Denyut Nadi Budaya Desa Sekar Pacitan yang Terus Berdetak, Satukan Ribuan Jiwa di Bulan Longkang

oleh -144 Dilihat
Lautan Manusia di Ceprotan Desa Sekar: Ribuan warga tumpah ruah memadati jalanan Desa Sekar, Donorojo, Pacitan, menyaksikan Upacara Adat Ceprotan. Ritual "bersih desa" tahunan di bulan Longkang ini tak hanya jadi ajang pelestarian budaya, tapi juga bukti kuatnya ikatan sosial dan daya tarik tradisi lokal. Foto: Putro Primanto

Pacitanku.com, DONOROJO – Setiap kali penanggalan Jawa memasuki bulan Longkang, denyut kehidupan di Desa Sekar, Kecamatan Donorojo, Pacitan seolah beresonansi dengan warisan leluhur.

Ribuan pasang mata, baik warga setempat maupun mereka yang datang dari berbagai penjuru, tumpah ruah memadati jalanan desa.

Bukan sekadar keramaian biasa, mereka hadir untuk menyaksikan dan menjadi bagian dari Upacara Adat Ceprotan, sebuah ritual tahunan yang tak pernah lekang dimakan waktu, membuktikan bahwa tradisi masih memiliki tempat kuat di era modern.

Lebih dari sekadar perayaan, Ceprotan adalah penjelmaan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan ritual “bersih desa” yang telah diwariskan lintas generasi.

Acara ini membuktikan bahwa Pacitan, yang selama ini masyhur dengan pesona alam pantainya yang eksotis, juga memiliki khazanah seni dan budaya yang tak kalah memikat.

Ceprotan adalah salah satu permata dalam mahkota budaya Pacitan, sebuah tradisi murni yang tumbuh dari akar keyakinan masyarakat setempat.

Fenomena keramaian dalam gelaran Ceprotan bukanlah hal baru. Setiap tahun, tradisi yang digelar spesifik di bulan Longkang ini selalu sukses menjadi magnet.

Tak hanya warga Desa Sekar yang turun ke jalan dengan penuh semangat, tetapi juga masyarakat dari desa tetangga, bahkan dari luar Pacitan sengaja datang untuk menyaksikan keunikan dan kekhidmatan ritual ini.

Kehadiran ribuan orang ini secara langsung memberikan dampak positif pada geliat ekonomi lokal. Para pedagang musiman di sekitar lokasi acara merasakan berkah tersendiri dari keramaian ini, menunjukkan bahwa budaya bisa bersinergi dengan kesejahteraan.

Suasana kekeluargaan dan antusiasme terpancar kuat di antara lautan manusia yang hadir, menandakan ikatan sosial yang kuat.

Kepala Desa Sekar, Miswandi, tak bisa menyembunyikan rasa syukurnya melihat antusiasme warganya dan para pengunjung yang memadati acara.

Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi mendalam atas partisipasi dan dukungan berbagai pihak yang telah membantu kelancaran acara.

“Terima kasih kepada pihak terkait yang telah ikut serta mendukung kegiatan upacara adat Ceprotan, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan,” ujar Miswandi, Minggu (18/5/2025).

Ia menambahkan bahwa Ceprotan adalah simbol ketahanan budaya di tengah derasnya arus modernisasi. Ritual ini diharapkan terus menjadi jembatan pengingat sejarah bagi generasi muda, sekaligus sumber semangat untuk menyongsong masa depan tanpa melupakan akar budaya sendiri.

“Meskipun zaman telah berubah,” lanjutnya, “harapannya upacara adat Ceprotan menjadi kegiatan yang senantiasa mengenang sejarah dan sebagai semangat anak muda dalam menyongsong masa depan.”

Dukungan terhadap pelestarian Ceprotan juga datang dari unsur pemerintah daerah. Camat Donorojo, Nasrul Hidayat, menyerukan pentingnya menjaga warisan luhur ini.

Menurutnya, Upacara Adat Ceprotan adalah harta tak ternilai yang harus dijaga untuk dinikmati dan dipelajari oleh generasi mendatang.

“Upacara adat Ceprotan yang ada di Desa Sekar merupakan tradisi bersih desa yang sudah turun temurun dan harus dilestarikan,”tegas Nasrul.

Dia berharap agar generasi penerus dapat terus “mengetahui, menikmati, dan melestarikan tinggalan budaya ini,” memastikan agar denyut nadi budaya Desa Sekar ini akan terus berdetak bagi anak cucu.

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.