Wayang Beber Gedompol Pacitan, Kisah Kuno yang Bertahan di Era Modern

oleh -171 Dilihat
Wayang Beber Pacitan, (Foto: Humas Pemkab Pacitan)

Pacitanku.com, DONOROJO – Indonesia memiliki beragam jenis wayang, salah satunya adalah Wayang Beber, yang merupakan wayang tertua di Nusantara. Kesenian wayang ini berkembang di Pacitan, Jawa Timur, sejak abad ke-14.

Seni bertutur dari Dusun Karang Talun, Desa Gedompol, Kecamatan Donorojo, Pacitan ini dipercaya berasal dari zaman Kerajaan Majapahit, tetap hidup dan menjadi bagian penting dari identitas masyarakat setempat.

Di tangan dalang lokal, Tri Hartanto, lembaran-lembaran Wayang Beber yang penuh warna dan makna dibentangkan, menghidupkan kembali kisah-kisah klasik yang sarat nilai luhur.

Pertunjukan Wayang Beber bukan sekadar hiburan, tetapi juga jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan akar budaya mereka.

“Wayang Beber ini peninggalan zaman dulu, zaman Majapahit. Kami tidak tahu detailnya, yang penting bagi kami adalah melestarikannya,”ujar Kepala Desa Gedompol, Susanto, Kamis (20/2/2025) saat ditemui tim journalism internship program (JIP) Pacitanku.com di rumahnya.

Setiap tahun, pada musim ‘mongso papat’, tradisi Wayang Beber dipentaskan dalam acara ‘bersih desa’. Ritual khusus mengawali pertunjukan, diikuti dengan pembukaan lembaran wayang oleh dalang.

Dengan suara yang khas, dalang kemudian menuturkan cerita yang tergambar dalam lembaran-lembaran tersebut, membawa penonton dalam perjalanan waktu ke masa lalu.

Selain pertunjukan Wayang Beber, ‘bersih desa’ juga dimeriahkan dengan kirab dan ritual ruwatan. Semua ini menjadi simbol penghormatan kepada leluhur dan komitmen masyarakat Gedompol untuk menjaga warisan budaya mereka.

Sejarah Singkat Wayang Beber

LESTARIKAN. Pentas Wayang Beber di Dusun Karang Talun, Desa Gedompol, Kecamatan Donorojo, Selasa (2/10/2018). (Foto: Humas Pemkab Pacitan)

Konon, asal mula Wayang Beber di Pacitan berawal ketika putri Prabu Brawijaya, Raja Majapahit, sakit. Prabu Brawijaya kemudian menggelar sayembara untuk kesembuhan putrinya.

Salah satu abdi dalem Prabu Brawijaya, Nolodermo, ikut serta dalam sayembara tersebut. Ternyata, Nolodermo berhasil menyembuhkan putri Prabu Brawijaya.

Sebagai ungkapan terima kasih, Prabu Brawijaya memberikan hadiah Wayang Beber kepada Nolodermo.

Sejak saat itulah Wayang Beber berkembang di Pacitan. Hingga kini, kesenian itu masih dilestarikan secara turun-temurun oleh keturunan Ki Nolodermo.

Keunikan Wayang Beber

Tak seperti Wayang Kulit, pertunjukan Wayang Beber hanya melibatkan lima orang, yang terdiri dari satu dalang dan empat penabuh gamelan.

Hanya keturunan Ki Nolodermo dan orang yang diberi wasiat kepercayaan yang bisa menjadi dalang Wayang Beber. Begitu pula dengan penabuh gamelan, mereka juga harus keturunan dari Ki Nolodermo.

Cerita Wayang Beber biasanya hanya berkisah tentang Dewi Sekartaji, Kerajaan Kediri, hingga pertemuan Dewi Sekartaji dan Jaka Kembang Kuning.

Wayang Beber dimainkan dengan cara dibeber atau dibentangkan. Wayang ini menggunakan gulungan gambar sebagai penyampai cerita.

Setiap gulungan Wayang Beber mencapai sekitar 4 kilometer dan terdiri dari empat jagong atau empat kisah cerita.

Wayang Beber terdiri dari enam gulung, yang berarti setiap pertunjukan terdiri dari 24 jagong atau adegan. Namun, jagong ke-24 tidak pernah ditampilkan karena dianggap tidak lazim atau terlalu bagus atau mengandung adegan dewasa.

Gulungan Wayang Beber pertama milik Ki Nolodermo-lah yang mulanya digunakan oleh keturunannya.

Namun, karena khawatir akan kondisinya yang sudah termakan zaman, akhirnya keturunan Ki Nolodermo, yaitu Ki Sarnen, yang merupakan dalang keturunan ke-12, membuat duplikat pertama Wayang Beber.

Duplikat itulah yang kemudian dipakai oleh penerus Ki Nolodermo sejak saat itu. Wayang Beber Ki Nolodermo kini tersimpan di Desa Gedompol, Donorojo, Pacitan.

Keunikan lain Wayang Beber adalah penggambaran mata tokohnya. Kedua mata tokoh pada Wayang Beber tampak, tidak seperti wayang kulit. Wayang ini juga tidak digelar sehari semalam, melainkan hanya berdurasi 1,5 jam.

Lihat juga berita-berita Pacitanku di Google News, klik disini.

No More Posts Available.

No more pages to load.