Pacitanku.com, PACITAN — Mungkin tak salah apabila banyak investor luar daerah, yang berebut hendak mendirikan pabrik keramik di Kabupaten Pacitan. Hal itu mengingat, potensi bahan baku keramik cukup melimpah di kabupaten berjuluk Kota 1001 goa tersebut.
Menurut Hananto, salah seorang staf di Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan, Pacitan, bahan baku utama untuk pembuatan keramik adalah kaolin, feldspard, ballclay dan kuarsa.
“Keempat jenis mineral tambang tersebut semuanya ada di Kabupaten Pacitan. Sebaran kaolin terdapat di Desa Kasihan, Kecamatan Tegalombo, Desa Gondosari Kecamatan Punung, Desa Tamanasri Kecamatan Pringkuku, Desa Pucangombo Kecamatan Tegalombo dan Desa Tumpuk Kecamatan Bandar,”ujar ASN yang memiliki skill bidang pertambangan ini, Kamis (6/8/2020).
Untuk bahan tambang jenis Feldspar, lanjut dia, terdapat di Desa Mlati dan Desa Gembong Kecamatan Arjosari. Saat ini, sudah ditambang secara manual dengan payung hukum, izin pertambangan rakyat (IPR).
“Pasir kuarsa depositnya terdapat di Desa Tahunan Kecamatan Tegalombo dan Desa Cokrokembang Kecamatan Ngadirojo. Sedangkan mineral ballclay terdapat di Desa Gondosari Kecamatan Punung, Desa Wonogondo Kecamatan Kebonagung, Desa Kasihan Kecamatan Tegalombo, Desa Bungur dan Ngile Kecamatan Tulakan,” beber Hananto, pada perwarta.
Baca juga: Wabup: Yayasan Panglima Besar Jenderal Soedirman akan Buka Investasi di Pacitan
Sementara itu, selain mineral-mineral tambang tersebut, Pemerintah Kabupaten Pacitan, sejauh ini sudah menyiapkan data potensi mineral-mineral tambang lainnya sejumlah 35 jenis mineral tambang yang dikelompokkan ke dalam golongan mineral logam, mineral bukan logam dan mineral batuan.
Sedangkan untuk potensi batubara masih berupa lignit dengan kalori 5.000 – 5.250 kcal / kg yang terdapat di Desa Jatigunung, Desa Gasang Kecamatan Tulakan dan Desa Ketepung Kecamatan Kebonagung.
“Selain jenis mineral tambang yang masuk di wilayah pertambangan rakyat, nantinya eksplorasi akan dilakukan oleh pemegang IUP eksplorasi,” pungkasnya.
Pewarta: Yuniardi Sutondo
Editor: Dwi Purnawan
