Atasi Kekeringan di Pacitan, Prof Sudijono: Perlu Ada Upaya Intensif-Simultan Temukan Sumber Mata Air

oleh -0 Dilihat
BACABUP. Prof Sudijono saat berbincang dengan Pacitanku baru-baru ini. (Foto: Sulthan Salahuddin)

Pacitanku.com, PACITAN – Memasuki musim kemarau, Kabupaten Pacitan dihadapkan pada ancaman kekeringan. Di setiap hampir tahunnya, puluhan titik kekeringan terjadi di Pacitan.

Terkait hal itu, Bakal calon Bupati Pacitan Prof Sudijono Sastroatmodjo menyebut perlu ada terobosan dan upaya yang optimal untuk mengatasi kekeringan akibat kemarau yang seringkali terjadi di Pacitan.

Saat berbincang dengan Pacitanku.com dalam rubrik Ngopi, baru-baru ini di Pacitan, guru besar Universitas Negeri Semarang (UNNES) ini mengatakan air merupakan kebutuhan dasar masyarakat.

Namun dirinya merasa saat ini kondisi masyarakat di Pacitan belum bisa menikmati salah satu kebutuhan dasar tersebut secara merata. Utamanya masyarakat di kawasan pinggiran.

“Itu kebutuhan dasar, masalah air itu kebutuhan dasar, tapi kalau sudah bicara itu saya sedih mas, utamanya dulur-dulur yang ada di pinggiran, sehingga saya berpikiran pembangunan ini harus dimulai dari pinggiran, tiga hal mendasar, yaitu satu air, dua masalah jalan, dan ketiga masalah penerangan,”kata Sudijono.

Saat mengunjungi 158 desa di Pacitan, Sudijono kemudian menceritakan dirinya pernah ditelepon masyarakat yang mengadu terkait “Oglangan” atau listrik padam.

“Lalu kemudian saya komunikasi dengan PLN, katanya gardunya ada di Ponorogo, sehingga perlunya disini dijalin satu komunikasi yang bagus, kalau di kota relatif stabil, maka persoalan mendasar, yakni air, penerangan dan jalan ini sering dialami masyarakat pinggiran, “ujarnya.

Terkait persoalan kekeringan akibat krisis air yang sering terjadi di Pacitan, Sudijono mengatakan perlu upaya intensif dan simultan dalam upaya mencari sumber mata air untuk masyarakat.

“Khususnya air, beberapa puluh tahun bahkan, ini masih menjadi masalah yang butuh solusi, sehingga nek menurut ngen-ngenku, ini mesti harus secara intensif dan simultan, untuk menemukan sumber mata air, ya berapapun harganya,”papar Sudijono.

Dengan upaya intensif dan simultan, Sudijono meyakini hal tersebut menjadi salah satu solusi kekeringan yang kerap melanda Pacitan. Meski harus dibayar dengan biaya yang mahal.

“Jangan sampai, misalnya orang yang kekeringan, hanya memikirkan untuk pemenuhan kebutuhan air minum, dan itu berlangsung sekian bulan, tidak hanya mengena pada satu keluarga, bukan hanya puluhan, ratusan bahkan ribuan  keluarga dalam waktu sekian bulan hanya memikirkan air, kan ironi, ini mestinya harus diatasi,”jelasnya.

Kedua, untuk mengatasi persoalan kekeringan dan krisis air itu, mantan rektor UNNES dua periode ini mengatakan perlu adanya itikad baik atau goodwill dari pemerintah.

“Saya sudah mengunjungi beberapa tempat, namun sekarang dalam menyelesaikan hal itu, perlu ada goodwill, dan juga butuh bareng-bareng, artinya sinergi dengan pemerintahan atau pihak lain, sehingga bareng-bareng, ini ada persoalan yang mendasar, tetapi harus diselesaikan,”tandasnya.

Lha ’Ora mampu’, jangan jawab itu dulu, harus usaha dulu, kecuali kalau udah ‘lempoh’, tapi saya yakin lah, Kabupaten itu kan bagian dari Provinsi, Provinsi bagian dari Negara, nek ora iso njaluk dhuwure, harus berani kayak gitu, tapi kan kuat dasarnya, butuh banyu ora ono banyu, wani ngoyoke tapi ada dasar yang kuat,”pungkasnya.

Pewarta: Dwi Purnawan

No More Posts Available.

No more pages to load.