Ronny Wahyono Berharap Embung Gunung Manukan Tremas Menjadi Agrowisata Andalan Pacitan

oleh -2 Dilihat
AGROWISATA. Ketua Komisi II DPRD Pacitan Ronny Wahyono saat meninjau lokasi pembangunan embung Manukan, Rabu kemarin. (Foto: Istimewa)

Pacitanku.com, ARJOSARI – Ketua komisi 2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Pacitan Ronny Wahyono berharap embung gunung Manukan yang terletak di Desa Tremas, Kecamatan Arjosari, Pacitan bisa menjadi agrowisata andalan Kabupaten Pacitan. Hal tersebut disampaikan Ronny usai mengunjungi embung yang berjenis geomembran tersebut, Rabu (8/7/2020) kemarin.

Baca juga: Ada Embung Gunung Manukan di Tremas, Diharapkan Jadi Solusi Atasi Kekeringan

Dalam kesempatan itu, Ronny menyampaikan terimakasih kepada Yayasan Obor Tani, dan kepada tokoh masyarakat Tremas, Multazam yang memiliki inisiatif sejak tahun 2013 dilanjutkan pada tahun 2016 hingga  sekarang.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah, juga kepada Gus Fuad Pimpinan Pondok Pesantren Tremas  serta seluruh stakeholder, Pemangku Wilayah, Camat, Kapolsek dan juga Danramil. Ini adalah bukti satu sinergitas antara pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat dalam rangka membangun satu bentuk kepedulian terhadap para petani,”kata Ronny, Kamis (9/7/2020).

Lebih lanjut, Ronny mengatakan, di Pacitan ini salah satu permasalahan yang terjadi menahun adalah keringan. Embung ini adalah  salah satu solusi untuk mengatasi masalah kekeringan tersebut.

“Saya atas nama Komisi 2 DPRD kabupaten Pacitan mengucapkan mengucapkan terima kasih seluruh pihak yang terlibat di dalam pembangunan Embung ini,”tandas legislator Partai Demokrat ini.

Selain untuk pertanian, Ronny juga berharap selain lokasi ini dapat dijadikan salah satu agrowisata dengan ragam tanaman produktif seperti durian, alpukat, kelengkeng dan lainnya sehingga dapat mendatangkan pendapatan kepada Desa Tremas itu sendiri.

Sementara, eksekutif Yayasan Obor Tani Indonesia Pratomo mengatakan kedepan akan dikembangkan tanaman-tanaman yang bernilai ekonomi tinggi, seperti durian montong, pelangi, Musang King, alpukat dan lain sebagainya di kawasan itu.

Menurutnya, alpukat jenis wina, pluwang, pangeran dan miki rencananya akan ditanam di lahan sekitar embung.  Targetnya adalah untuk menghidupkan kembali lahan.

Sampai pada Tahun 2016 Yayasan Obor Tani eksis melaksanakan progamnya di  Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pratomo mengatakan kiprahnya tersebut sudah merealisasikan sekitar 55 Embung.

“Pada saat itu dipanggil Bapak Presiden Pak Jokowi sambil bercanda beliau bertanya:  Yayasan Obor Tani itu ruang lingkupnya hanya Jateng dan DIY saja? Tentu saja Indonesia, sehingga sejak 2016 melebarkan sayap ke Simalungun Sumatera Utara, Jambi, Malinau Kalimantan, Kutai Kartanegara, Lombok, Kupang Flore dan daerah lain di luar Jateng dan DIY, termasuk Pacitan,”jelasnya.

Pratomo mengatakan, embung Geomembran ini adalah sumbangan CSR Coca-cola Foundation. Tahun ini telah menyumbang dua Embung  yaitu Pacitan dan Gunung Kidul. Pertimbangannya, kata dia, adalah Kawasan Karst Geopark, yang kalau tidak hijaukan maka secara alami akan  tergerus erosi.  

“Tanah Karst di kawasan Geopark itu perlu dihidupkan dengan tanaman yang produktif.  Dalam satu bentangan Gunung Sewu yang memanjang mulai Pacitan Jawa Timur, Wonogiri Jawa Tengah, sampai Wonosari Gunung Kidul,”tandasnya.

Pratomo mengatakan, di  Gunungkidul sudah ada 5 Embung serupa, bahkan telah menjadi agrowisata. Pendapatan masing-masing ada yang sampai 2,5 M per tahun. Sementara di Wonogiri ada 2 sedangkan di Pacitan baru satu,  rencananya ditambah lagi jika ada lahan yang tandus dan kekurangan air.  

“Data teknisnya, kapasitas Geomembran di Gunung Manukan ini adalah 12.000 meter kubik atau 12 juta liter. Masa pakai geomembrane anti oksidan dan anti ultra violet  bertahan sampai 35 tahun,
Sedangkan aplikasinya tanpa menggunakan listrik dan BBM, cukup menggunakan tenaga gravitasi. Mampu menyuplai antara 25 sampai 35 hektar, setara dengan 4000 sampai 5000 tanaman yang produktif dan memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat,”pungkasnya.

Pewarta: Yahya Ali Rahmawan
Editor: Dwi Purnawan