Terdampak COVID-19, Usaha Panganan Tradisional di Pacitan Gonjang-ganjing

oleh -0 Dilihat
Siti Katidjah alias Mbak Ninik saat memulai membuat madu mongso di kediamannya, Dusun Jambu, Desa Bangunsari, Kecamatan Pacitan. (Yuniardi Sutondo).

Pacitanku.com, PACITAN — Lebaran, mungkin serasa tiada lengkap tanpa sajian panganan khas Jawa, seperti halnya madu mongso ataupun arak keling.

Bagi sebagian besar masyarakat muslim di Pacitan, tanpa hidangan dua panganan tersebut, lebaran serasa hambar. Apalagi ketika banyak sanak saudara yang bersilaturahmi. Mereka merasa madu mongso dan arak keling seakan menjadi santapan wajib yang harus disediakan saat hari raya Idul Fitri.

Namun ditengah wabah coronavirus disease 2019 (COVID-19) ini, salah seorang pengrajin panganan tradisional di Pacitan, harus mengalami turun omzet. Bahkan jumlah pesanan, jauh menurun dari lebaran, tahun-tahun sebelumnya.

Hal tersebut seperti dialami, Siti Katidjah, salah seorang pembuat jajanan tradisional yang beralamat di Dusun Jambu, Desa Bangunsari, Kecamatan Pacitan ini.

Ia mengaku, saat ini pesanan panganan tradisional buatannya, tak lebih dari 10 kilogram (kg).

“Lebaran tahun lalu, bisa mencapai 50 sampai 100 kg. Tapi saat ini hanya 10 kg. Itupun hanya melayani pesanan tetangga dekat, kanan dan kiri rumah,” aku wanita yang karib disapa Mbak Ninik ini, Sabtu (9/5).

Ibu dua anak ini mengaku, wabah COVID-19, memang sempat membuat usahanya gonjang-ganjing. Sebelum pendemi covid-19 ini berlangsung, ia mengaku sempat kebanjiran pesanan.

“Tetapi sekarang sepi. Hampir tidak ada yang memesan panganan untuk lebaran,” keluhnya.

Harus diakui, panganan buatan ibu dua anak ini memang punya citra rasa beda dibandingkan produk panganan tradisional yang jamak dijual di toko atau minimarket. Karena itu, wajar bila masyarakat setempat seakan merasa ada yang ganjil, kalau tidak memesan madu mongso buatan Mbak Ninik.

Selain rasanya yang gurih, manis dan berbalut aroma tape, juga sangat lumer ketika dikunyah. Meski punya cita rasa berbeda, namun harga sekilo madu mongso besutan Mbak Ninik, masih sangat ramah di kantong.

Untuk satu kg madu mongso, ia benderol Rp 60 ribu. Pun dengan kolong arak keling juga sama Rp 60 ribu per kg.

“Kalau soal harga, tidak ada kenaikan, masih sama dengan harga saat lebaran tahun lalu. Hanya saja jumlah pesanan yang jauh menurun,” bebernya.

Mbak Ninik juga mengaku, untuk bahan baku di pasar, sampai detik ini tidak ada kenaikan harga. Hanya gula pasir dan gula kelapa yang memang ada sedikit kenaikan. Harga gula jawa saat ini sudah tembus Rp 18 ribu per kg. Sebelumnya hanya Rp 14 ribu per kg.

Ia berharap semoga wabah COVID-19 ini bisa segera selesai. Sehingga ekonomi masyarakat dapat segera bangkit. Begitupun usahanya membuat panganan tradisional, bisa laris manis tanjung kimpul seperti tahun-tahun sebelumnya.

Pewarta: Yuniardi Sutondo
Editor: Dwi Purnawan